Denpasar (Bisnis Bali) – Inflasi Bali pada triwulan I 2019 diperkirakan akan melanda dibandingkan triwulan sebelumnya pada kisaran 2,30 persen sampai 2,70 persen year on year (yoy). Hal ini didorong oleh masuknya periode panen khususnya untuk komoditas pangan dan telah berakhirnya periode peak season pariwisata di Bali.
“Itu membuat tingkat harga-harga secara umum relatif lebih terkendali,” kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Bali Causa Iman Karana di Renon, Rabu (2/1) kemarin.
Menurutnya, masih terdapat faktor risiko yang berpotensi mendorong laju inflasi di Bali antara lain risiko terjadinya cuaca buruk, berupa angin kencang dan frekuensi curah hujan yang tinggi diperkirakan berdampak pada menurunnya hasil tangkapan nelayan.
Produksi komoditas hortikultura atau bumbu-bumbuan pun diakui ikut terpengaruh sehingga dapat mendorong peningkatan inflasi khususnya kelompok bahan makanan. Adanya perayaan pada triwulan I 2019 yaitu Kuningan dan perayaan Imlek juga berpotensi mendorong peningkatan permintaan.
“Meskipun terdapat risiko kenaikan inflasi, melalui koordinasi dan kerja sama dengan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), tingkat inflasi Bali pada triwulan I 2019 diperkirakan tetap terjaga sejalan upaya TPID Bali dalam pengendalian inflasi,” ujarnya.
Menurut Cik biasa ia disapa, ada beberapa langkah strategis yang akan dilakukan untuk melakukan pengendalian inflasi yaitu melalui kerja sama dalam pengembangan dan pemanfaatan teknologi pangan, optimalisasi program peningkatan produksi melalui pemberian subsidi pupuk organik dan anorganik, bantuan olah tanah tanaman panen (alsintan), perbaikan irigasi, subsidi pajak oleh beberapa kabupaten, aturan daerah mengenai buah lokal dan asuransi pertanian.
Termasuk juga upaya pengendalian inflasi daging ayam ras dan telur ayam melalui pembinaan usaha agribisnis, hingga kelompok pengolah hasil ternak pembinaan dan kelompok petani ternak pelatihan pemuda tani serta pengembangan agribisnis pedesaan. Cik juga menyampaikan pembukaan lahan baru dan terus menjaga lahan di Bali melalui partisipasi masyarakat adat, mendorong intensifikasi agar terus dilaksanakan dalam rangka meningkatkan hasil produksi mendorong implementasi Puspasari di 9 kabupaten kota dengan KRPL yang makin meningkat secara keseluruhan.
Bank sentral juga memprediksi inflasi Bali secara keseluruhan pada 2019, diperkirakan akan mengalami peningkatan dan berada dalam kisaran 3,60 persen hingga 4 persen yoy yang lebih tinggi dibandingkan perkiraan realisasi inflasi 2018 sekitar 3-3, 40 persen yoy. Meski demikian perkiraan inflasi tersebut masih masuk dalam rentang sasaran inflasi nasional yang sebesar 3,5% plus minus 1%.
Cik juga menerangkan, berdasarkan disagregasinya peningkatan tekanan inflasi pada 2019 terutama bersumber dari hampir semua kelompok pengeluaran, terutama kelompok bahan makanan dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau serta kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan. (dik)