Memasuki lembaran baru 2019, bisnis properti diprediksi bertumbuh tak terlalu signifikan, karena banyak indikator yang disinyalemen jadi penyebabnya. Mulai dari helatan politik, daya beli pasar, suku bunga, dan lainnya. Strategi apa yang bisa dilakukan kalangan developer agar bisnis properti Bali khususnya tetap berdenyut?
DALAM bisnis apa pun tak terkecuali properti tak lepas dari kondisi fluktuasi, yang sekaligus jadi bagian dari siklus 5 tahunan yang biasa terjadi. Pebisnis properti tulen dalam kondisi apa pun yang ada adalah peluang. Tantangan dan hambatan yang berpengaruh pada bisnis padat modal ini harus mampu diubah jadi peluang. Caranya bagaimana? Ya, harus profesional dan mumpuni dalam bisnis ini, mulai dari kualitas sumber daya manusia (SDM) pengembang yang handal, permodalan, marketing, dan inovasi. Semua itu adalah sumber daya strategis yang harus di-manage dengan baik untuk mengatasi rintangan dan mengubahnya menjadi peluang.
“Pemanfaatan sumber daya strategi pada perusahaan properti amat vital agar mampu menyikapi setiap perubahan kondisi pasar. Itu karena pebisnis properti yang baik selalu berorientasi pasar, bukan produksi,” ungkap pengamat properti, Dr. Dewa Putu Selawa, M.M.
Pada 2019 dinilai pertumbuhan properti takkan signifikan karena belum sepenuhnya keluar dari bayang-bayang stagnan 2018. Ini perlu kerja keras dalam membidik peluang pasar. Misal membidik segmen masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dengan menyukseskan program rumah subsidi atau mempersiapkan hunian dengan fasilitas serba baru bagi kalangan milenial.
Tak kalah penting dan menjadi bagian dari marketing profesional itu adalah menumbuhkan inovasi produk. Mulai dari membuat desain perumahan yang baru, penataan lingkungan perumahan, juga memberi kepastian menyangkut legalitas dan menjaga keharmonisan dengan dinamika lingkungan.
“Di sinilah konsep tri hita karana (THK) mutlak diimplementasikan sebagai pengembang Bali agar keberadaan proyek perumahan diterima masyarakat, dan atas karunia yang di Atas, penjualan lancar dan turut menggeliatkan ekonomi karena bisnis properti mempengaruhi banyak sektor ekonomi,” imbuh Direktur Utama PT Sepa Karya Buana ini seraya mengatakan, helatan politik 2019 juga memberi pengaruh signifikan terhadap sektor properti.
Hal senada disampaikan owner Kharisma Property, Bagio Utomo. Menurutnya, 2019 saatnya menumbuhkan inovasi, dengan semangat baru memperbaiki berbagai kelemahan dan kegagalan yang ada menjadi lebih baik. Kebijakan pemerintah lewat Kementerian Pembangunan Umum Perumahan Rakyat ( PUPR) juga amat diharapkan salah satunya akan dirancang fasilitas khusus bagi kalangan milenial yang dinilai prospektif tahun ini. Sebagai pengembang tentu berharap bisa memenuhi kebutuhan pasar dan mampu memasok produk yang berkualitas dan mampu memberikan dampak positif pada perekonomian.
Mengutip Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), pertumbuhan properti pada tahun depan masih rendah. Untuk itu, disarankan pelaku usaha dapat melihat secara jeli peluang pasar yang ada pada 2019. “Tren pertumbuhan properti masih rendah. Pelaku usaha diharap bisa melihat secara jeli peluang pasar yang ada,” kata Ketua Apindo Bidang Properti dan Kawasan Ekonomi Sanny Iskandar, dalam Diskusi Outlook Apindo 2019, beberapa waktu lalu di Jakarta.
Di sisi lain, Sekretaris Umum Apindo Eddy Hussy menyatakan, pertumbuhan sektor properti pada 2019 tidak akan lebih besar dari 10 persen. “Pertumbuhannya 10 persen belakangan ini, diprediksi tahun 2019 tidak akan lebih besar dari tahun ini,” ujarnya.
Meskipun demikian, sektor properti akan tetap jalan dan diharapkan pemerintah bisa mendorong industri properti di pusat ataupun daerah dalam hal perizinan. Seperti diketahui, perizinan pemerintah pusat dan daerah masih sering terjadi ketidaksinkronan misalnya pada implementasi program Online Single Submission (OSS).
Jika hal ini dibiarkan berlarut-larut, sudah pasti akan menyulitkan Indonesia menarik investasi baru dari dalam maupun luar negeri. Hasil positif dari kerja sama ekonomi internasional pun tidak akan terwujud. Selain hal perizinan, pemerintah diharapkan mendorong BUMN untuk masuk ke sektor bahan baku. Selama ini kebanyakan bahan baku didapatkan dari luar negeri (impor), jika dapat lebih banyak memproduksi sendiri tentu meningkatkan perekonomian.
Sementara itu dari Lamudi.com, Amrozi Hamidi, Direktur Utama PT Adhi Commuter Properti memprediksi tahun 2019 pada kuartal pertama dan kedua kondisi akan masih sama, dimana pembeli dari kalangan investor akan menunda untuk bertransaksi, mereka cenderung wait and see, menunggu perkembangan perekonomian dalam negeri karena adanya proses pemilu.
Untuk itu, menyikapi masalah ini ke depannya akan melakukan terobosan dengan mencari pasar dari segmen baru, tidak lagi mengandalkan pembeli dari kalangan investor tetapi juga akan menyasar pasar ritel maupun generasi milenial yang saat ini jumlahnya sangat banyak dan mayoritas dari mereka belum memiliki rumah. Hingga tahun 2022 mendatang, rencananya PT Adhi Commuter Properti (ACP) menargetkan membangun sebanyak 22 LRT City diberbagai titik, lantas berapa besar nilai investasi untuk pembangunannya?
Untuk pembangunan kawasan LRT City, yaitu pengembangan kawasan yang berbasis kawasan transportasi, memang berencana akan membangun sekitar 22 kawasan proyek LRT City hingga tahun 2022 mendatang, untuk total investasinya sendiri akan bersumber dari pendanaan perusahaan dan perbankan, untuk perusahaan total investasi yang akan dikeluarkan Rp 12 triliun hingga Rp 17 triliun. Strategi pemasaran yang dijalankan adalah membuat konsep dan desain yang bagus dan tetap fokus untuk membidik pasar generasi milenial dengan menyediakan kebutuhan mereka dengan menyediakan spot wifi di setiap kawasan LRT City, ada juga tempat selfie hingga menyediakan sarana transportasi publik. Saat ini merupakan era digital, yakni banyak masyarakat yang sangat tergantung dari smartphone.
Penggunaan platform digital untuk memasarkan produk ACP saat ini sudah wajib dilakukan, karena penggunaan media digital saat ini sudah menjadi tren di kalangan anak muda. Contohnya seperti menjelaskan product knowledge kepada konsumen, saat ini tim sales lebih suka mengirimkan informasi produk melalui whatsapp dari pada menggunakan brosur. Selain itu juga sudah memiliki aplikasi yang dapat membuat konsumen bisa langsung memilih unit apartemen, bahkan kita juga saat ini telah bekerja sama dengan banyak portal properti termasuk lamudi.co.id untuk memasarkan produk LRT City melalui digital.
Pengamat properti Ali Tranghanda menyatakan pengembang dan investor besar lebih memilih untuk menunggu dan melihat perkembangan stabilitas politik sedangkan investasi menengah ke bawah cenderung meningkat. Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch ini, menjelaskan siklus properti tengah naik dan tahun politik akan sedikit menghambat investasi properti terutama yang bernilai di atas Rp1 miliar.
Dampak signifikan terasa pada penjualan apartemen, karena termasuk segmen menengah ke atas yang lebih memilih menunggu. Dia menerangkan partai politik akan menggelontorkan dana yang sangat besar sehingga jumlah uang yang beredar di masyarakat menjadi tinggi. Kondisi ini baik untuk investasi properti dengan nilai Rp300 juta-Rp500 juta, sehingga prospeknya pada semester II akan naik. (gun)