Mangupura (Bisnis Bali) – Ekonomi Bali pada 2018 masih dihadapkan perlambatan ekonomi secara global. Kepala OJK Wilayah VIII Bali Nusa Tengara, Hizbullah di sela-sela acara Evaluasi Kinerja BPR Provinsi Bali 2018 dan Outlook Ekonomi 2019, Selasa (4/12) menilai, perlambatan tersebut berpengaruhi terhadap kinerja bank perkreditan rakyat (BPR) dalam pelemparan kredit dan peningkatan kredit bermasalah (NPL).
Hizbullah mengungkapkan kinerja industri BPR di Provinsi Bali tergolong cukup baik, meskipun menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Total aset BPR di Bali hingga September 2018 tercatat sebesar Rp 15 triliun dengan tingkat pertumbuhan sebesar 8,27 persen (yoy).
Pertumbuhan aser BPR 2018 sedikit melambat dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,87 persen (yoy.). Dari sisi funding, Dana Pihak Ketiga (DPK) BPR di Bali tercatat sebesar Rp 10,44 triliun dengan tingkat pertumbuhan sebesar 13,03 persen atau lebih rendah dibandingkan periode sama di tahun lalu yang tumbuh sebesar 16,31 persen, (yoy).
Porsi DPK masih didominasi oleh dana mahal yaitu deposito sebesar 73,14 persen dengan nominal sebesar Rp 7,63 triliun. Sementara tabungan sebesar 26,86 persen dengan nominal sebesar Rp 2,80 triliun. Jumlah penyaluran kredit BPR tercatat sebesar Rp 10,12 triliun dengan peningkatan sebesar 6,66 persen lebih rendah dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,73 persen (yoy).
Secara komposisi, penyaluran kredit BPR di Bali didominasi oleh kredit produktif sebesar 63,32 persen (Rp 6,41 triliun), yang terdiri dari Kredit Modal Kerja 48,71 persen (Rp 4,93 triliun) dan kredit investasi 14,61 persen (Rp 1,48 triliun).
Hizbullah menyakinkan pertumbuhan DPK BPR yang lebih tinggi dibandingkan penyaluran kredit mengakibatkan fungsi intermediasi BPR terus menurun, di mana LDR posisi September 2018 hanya 71,65 persen.
Sementara LDR September 2017 yang tercatat sebesar 72,99 persen. Di sisi lain, posisi likuiditas bank masih cukup memadai, tercermin dari Cash Ratio BPR sebesar 14,97 persen.
Ketua DPD Perbarindo Bali, Ketut Wiratjana mengatakan ekonomi dan bisnis BPR memang sedikit melambat. Ini mendorong pertumbuhan kredit BPR 2018 turun dibandingkan pertumbuhan kredit BPR 2017 sebelumnya.
Ia meyakinkan DPK BPR di Bali tercatat sebesar Rp 10,44 triliun dengan tingkat pertumbuhan sebesar 13,03 persen. Ini menunjukkan kepercatyaan mayarakat menempatkan dana di BPR cukup tinggi. “BPR tinggal mengoptimalkan penyaluran kredit, sehingga fungsi intermediasi BPR berjalan optimal,” ucap Wiratjana. (kup)