Denpasar (Bisnis Bali) – Produk-produk Bali yang diekspor selama ini mengandalkan pelabuhan dari Surabaya, sehingga membutuhkan cost yang lebih tinggi. Untuk lebih meningkatkan efisiensi perdagangan, Bali diharapkan memiliki pelabuhan ekspor-impor sendiri.
Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Bali AA Ngurah Alit Wiraputra, saat ditemui Kamis (29/11) kemarin mengatakan, pemerintah harus segera membangun pelabuhan barang untuk tujuan ekspor. Diakuinya, selama ini kegiatan ekspor melalui Surabaya membutuhkan biaya transportasi yang cukup tinggi. “Kegiatan ekspor harus ke Surabaya atau ke Jakarta dulu. Itu cukup mahal, jutaan biayanya, belum termasuk pajaknya. Ya pada akhirnya teman eksportir tidak untung atau untungnya kecil,” ungkapnya.
Menurutnya, Pelabuhan Benoa dan Pelabuhan Celukan Bawang bisa menjadi pelabuhan ekspor dan impor dari dan ke Bali. Sementara pelabuhan itu belum siap dari sisi infrastruktur untuk pelabuhan peti kemas. Saat ini yang sudah siap sebagai pelabuhan peti kemas hanya Surabaya dan Jakarta. Maka dari itu, ia berharap Pelindo III membangun pelabuhan ekspor sehingga barang-barang kerajinan yang diekspor dari Bali itu bisa terfasilitasi.
Hal senada juga diungkapkan oleh Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagprin) Provinsi Bali I Putu Astawa. Untuk mendukung gerakan ekspor nasional (GEN), diperlukan pelabuhan ekspor untuk efisiensi bagi pengusaha Bali. Dia megatakan, berdasarkan data BPS, 42 persen barang ekspor Bali melalui Surabaya, yang berarti ada devisa Bali akan hilang atau berkurang. “Diharakan Bali juga memiliki pelabuhan ekspor untuk barang-barang yang dipasarkan di pasar internasional,” ujarnya.
Sebelumnya pernah ada wacana untuk menyeimbangkan perekonomian di Bali Utara dan Selatan, akan dibangun pelabuhan ekspor di Celukan Bawang. Saat ini pun dikatakannya masih dalam kajian. Untuk ekspor, saat ini masih dilakukan di Pelabuhan Benoa. Namun Pelabuhan Benoa tidak hanya digunakan sebagai pelabuhan ekspor tetapi juga pelabuhan cruise.Dengan begitu, dikhawatirkan dalam jangka panjang akan krodit. Ke depan diperlukan alternatif lain bagi wirausaha di Bali untuk bisa ekspor langsung ke luar negeri. (wid)