Jaga Eksistensi Bahasa Bali Melalui Revitalisasi Digital

277
Jpeg

Denpasar (Bisnis Bali) – Era kekinian dikhawatirkan memberi dampak terhadap berkurangnya penggunaan bahasa daerah/lokal di masyarakat terutama oleh generasi milenial. Ditambah masuknya kaum urban serta dominasi bahasa nasional, sehingga hal ini perlu diantisipasi sejak dini. Direktur BASAbali.org, Drs. Gde Nala Antara, M.Hum., mengatakan, jika urbanisasi terjadi secara masif di suatu wilayah maka akan menjadi ancaman terhadap keberadaan bahasa lokal setempat.

Namun khusus bahasa Bali, menurut Nala, hingga saat ini belum mengalami degradasi yang parah. Secara internal, jumlah penutur atau dengan kata lain masyarakat Bali masih merasa bangga dengan bahasanya sendiri sehingga bahasa Bali masih berkembang di tengah gempuran globalisasi. Terlebih adanya dukungan pemda dengan mengeluarkan Pergub No. 79/2018 dan Pergub No. 80/2018 tentang Penggunaan Busana dan Bahasa Bali akan memperkuat keberadaan budaya Bali tersebut.

Meski demikian, upaya penyebarluasan, pelestarian dan pengembangan tetap dilakukan, termasuk melakukan revitalisasi bahasa Bali secara digital. “Tidak sedikit para pecinta dan pemerhati bahasa Bali melakukan berbagai upaya untuk merevitalisasi bahasa Bali. Era milenial, di mana internet menjadi media informasi yang sangat berpengaruh juga dimanfaatkan,” kata Dosen Prodi Sastra Bali FIB Unud ini.

Sejak 2011, BASAbali.org yaitu komunitas pelestari bahasa Bali melalui media kamus daring (online) telah menerjemahkan laman beranda Google ke dalam bahasa Bali serta mengembangkan perangkat lunak multimedia yang kemudian disebarkan kepada sekolah dan organisasi masyarakat secara gratis. “Kami membuat software dan saat itu kami berikan kepada seluruh SMP di Denpasar agar memudahkan generasi muda untuk belajar bahasa Bali,” sebutnya. Kemudian pada 2014 pihaknya meluncurkan BASAbali Wiki, yaitu kamus bahasa Bali yang dapat diakses melalui gawai dan kini tersedia dalam bentuk aplikasi berbasis Android.

Upaya pelestarian bahasa Bali secara digital ini akhirnya berhasil meraih penghargaan internasional dari Linguapax atas prakarsa revitalisasi bahasa Bali. Penghargaan ini akan dipresentasikan oleh Presiden Dewan Linguapax, Monica Perena pada 1 Desember 2018 di Ubud. “Biasanya penghargaan Linguapax diberikan kepada perseorangan. Namun kali ini khusus persembahan bagi masyarakat Bali sebagai pewaris bahasa,” sebutnya.

Sementara itu pendiri BASAbali Wiki, Alissa Stern mengungkapkan terdapat sekitar 7.000 bahasa daerah di dunia dan sekitar 652 bahasa di Indonesia. Namun, pada 2009 Unesco mencatat sekitar 2.500 bahasa di dunia dan lebih dari 100 bahasa daerah di Indonesia terancam punah. Sementara dalam 30 tahun terakhir sebanyak 200 bahasa telah punah dan 607 bahasa tidak aman.

“Tiap dua minggu ada 1-2 bahasa daerah di dunia hilang, artinya kekayaan daerah dan masyarakat juga hilang,” kata perempuan asal Amerika yang sudah 20 tahun tinggal di Bali ini. Ia menyebutkan bahasa, aksara dan sastra Bali adalah jiwa atau roh kebudayaan Bali. Ada banyak pengetahuan dan sastra yang menggunakan bahasa dan aksara Bali sebagai medianya. “Maka kita perlu melestarikan bahasa lokal, nasional dan internasional,” katanya. (dar)