Denpasar (Bisnis Bali) – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional VIII Bali Nusra mencatat selama triwulan III/2018, sebaran dana pihak ketiga (DPK) maupun kredit yang diberikan perbankan (bank umum maupun BPR) masih terfokus di Denpasar. Satu sisi kinerja perekonomian yang baik tentunya harus dirasakan secara merata oleh seluruh lapisan masyarakat.
Kepala OJK Regional VIII Bali Nusra, Hizbullah di Renon menyampaikan, dari sisi penyebaran DPK dan kredit bank umum terdapat tiga daerah yang mendominasi seperti Denpasar, Badung dan Buleleng. Begitupula di BPR terdapat tiga kawasan mulai Denpasar, Badung dan Gianyar.
Dari sisi penyaluran kredit bank umum hingga September 2018 terbesar adalah di Kota Denpasar mencapai Rp 41,853 triliun atau 56,46 persen dari total kredit yang disalurkan di seluruh Bali. Bila dibandingkan kondisi sama September 2017 yang mencapai Rp41,345 triliun atau 57,52 persen, penyaluran kredit tahun ini ada peningkatan nominal mencapai Rp508 miliar namun dari sisi persentase mengalami penurunan 3,06 persen.
Di posisi kedua, kredit disalurkan paling banyak di wilayah Kabupaten Badung mencapai 12,93 persen atau Rp9,588 triliun. Sama halnya di Denpasar, penyaluran kredit di Badung ada peningkatan nominal tahun ini Rp389 miliar dibandinkan September 2017. Selanjutnya diikuti Buleleng 8,26persen atau Rp6,120 triliun.
Untuk penyebaran DPK, kata Hizbullah, tetap masih Denpasar mendominasi mencapai Rp 61,089 triliun atau mencapai 64,47 persen. Itu berarti ada peningkatan Rp 3,769 triliun dibandingkan kondisi sama September 2017mencapai Rp57,320 triliun atau mencapai 65,43 persen.
Posisi kedua dipegang Kabupaten Badung mencapai Rp16.261 triliun atau 17,16 persen. DPK di daerah ini meningkat Rp1,189 triliun dibandingkan September 2017 yang mencapai Rp15,072 triliun atau 17,20 persen. Terakhir Kabupaten Buleleng mencapai Rp4,324 triliun atau 4,56 persen. DPK di Buleleng naik Rp 422 triliun dari kondisi sama year on year 2017 menembus Rp3,902 triliun atau 4,45 persen.
HIzbulla menilai, daerah lain masih tergolong rendah. Salah satu penyebab rendahnya penyaluran kredit di wilayah tersebut karena pusat perekonomian di Bali terletak di Kota Denpasar dan Badung, serta sebagian bank yang beroperasi di wilayah dimaksud adalah kantor cabang pembantu dan pelaporan dilakukan oleh kantor cabang utama yang berada di wilayah Denpasar dan Badung. Oleh karena itu, OJK terus mendorong terwujudnya akselerasi pertumbuhan yang merata (financial growth) melalui pendekatan pemerataan akses keuangan masyarakat .
“Upaya pemerataan pertumbuhan ekonomi di Bali, salah satunya dapat dilakukan melalui pendekatan penyaluran kredit produktif,” ujarnya.
Dari kinerja perbankan dari sisi realisasi kredit, OJK mencatat perbankan baik bank umum, bank syariah dan BPR pada triwulan ketiga 2018 mencapai Rp84,251 triliun atau meningkata Rp 2,879 triliun atau setara 3,54 persen jika dibandingkan periode sama pada 2017 mencapai Rp 81,372 triliun. Sebagian besar kredit yang dikucurkan perbankan tersebut merupakan kredit modal kerja Rp 27,063 triliun, konsumsi Rp 28,378 triliun dan investasi Rp 17,042 triliun.
Begitupula dari penghimpunan DPK, total perbankan di Bali hingga September 2018 menyerap Rp105,200 triliun atau tumbuh Rp 8,359 triliun dari kondisi sama tahun lalu mencapai Rp 96,841 triliun. (dik)