Denpasar (Bisnis Bali) – Belum pulihnya ekonomi menyebabkan bisnis properti masih stagnan. Bahkan beberapa penjual properti banting harga, namun sangat sulit mendapatkan pembeli. Pemerhati properti Dr. Drs. I Dewa Putu Selawa, M.M., baru-baru ini menjelaskan, bisnis properti umumnya masih lesu dan dapat dikatakan stagnan. Bukan karena masyarakat tidak ada minat membeli jenis properti, hanya saja dana yang dipakai untuk berinvestasi tidak ada. Jika punya dana, dalam proses penarikannya juga terkesan dipersulit.
Artinya mengambil dana untuk investasi harus melalui berbagai interview. Sehingga pemilik dana malas melakukan investasi. Selain itu, lanjut Dewa Putu Selawa untuk meminjam dana sangat sulit. Seleksinya cukup ketat sehingga masyarakat yang membutuhkan properti juga sedikit malas berusaha.
”Berbeda dengan sebelumnya, pihak bank menawarkan kredit untuk properti. Semisal untuk investasi rumah tinggal, ruko dan sejenisnya. Tapi sekarang selekdinya sangat ketat, sehingga masyarakat yang ingin membeli rumah untuk sementara menunda keinginannya,” tegasnya.
Pemerhati lainnya I Gede Adnyana Putra, S.E., juga menyebutkan hal sama, sudah beberapa tahun belakangan ini bisnis properti sangat terpuruk. Padahal bisnsi properti merupakan barometer pertumbuhan ekonomi.
Semakin bagus bisnis properti maka pertumbuhan ekonomi juga cukup bagus. Sebaliknya ekonomi lesu maka bisnis properti juga lesu. Hal ini terbukti rumah dan tanah yang bermasalah di bank sulit dijual. Bahkan dijual murah pun tidak laku.
”Saat ini hanya yang sangat membutuhkan saja yang melakukan transaksi. Sedangkan bagi pebisnis properti belum berani berivestasi. Masih menunggu kondisi perekonomian normal. Mereka belum berani bersfekulasi,” tegasnya. (sta)