Mangupura (Bisnis Bali) – Memasuki November 2018, bank makin gencar melakukan berbagai upaya agar kredit bermasalah segera teratasi sehingga rasio nonperfoming loan (NPL) kecil pada akhir tahun.
“NPL pada triwulan IV 2018 ini optimistis mencatatkan perbaikan seiring uapya bank dan membaiknya kondisi ekonomi pascakejadian Gunung Agung dan gempa Lombok,” kata Manager Bali & Nusa Tenggara Bank Mega, Ardhana Febrianaji di Nusa Dua.
Upaya yang diterapkan bank yaitu tetap melakukan ekspansi namun harus melakukan konsolidasi dan kehati-hatian dalam pemberian kredit agar NPL bisa ditekan tidak tinggi lagi.
“Perbankan intinya harus mampu selektif dalam menyalurkan kreditnya, termasuk konsolidasi jangan sampai dilupakan,” ujarnya.
Hal sama dikatakan Plt. Dirut Bank BPD Bali Nyoman Sudharma. Ia mengatakan, permintaan kredit pada semester II sudah mulai tumbuh didukung program kredit usaha rakyat (KUR) dengan bunga 7 persen. Kondisi ini akan membawa pengaruh yang baik bagi kenerja bank. Harapannya kini rasio NPL untuk bank umum pun berpotensi tidak tinggi atau di di bawah 3 persen.
NPL optimis tidak tinggi karena bank-bank sudah melakukan antisipasi baik dari sisi cadangan. Dengan membaiknya pertumbuhan kredit secara tidak langsung NPL juga membaik. Sementara pemerhati perbankan Kusumayani, M.M. menilai, selain kehati-hatian dalam penyaluran kredit, bank perlu juga memperluas jangkauan penyaluran kredit ke sektor yang lebih aman. Ini sebagai upaya menekan meningkatnya NPL di sektor UMKM.
“Sektor- sektor yang selama ini menjadi penyebab tingginya rasio kredit bermasalah perlu diganti dengan sektor baru lebih menguntungkan. Sektor yang berkaitan pariwisata masih memungkinkan ,” ujarnya.
Sementara itu Manajer Dana bank nasional Yuliani menegaskan, kredit banyak terserap di sektor perdagangan termasuk di antaranya usaha kecil menengah, konsumer dan wirausaha.
Sedangkan untuk menekan NPL dengan cara pengelolaan risiko kredit dengan prinsip kehati-hatian, meningkatkan manajemen kredit dengan memadukan semua fungsi proses persetujuan kredit di setiap lini usaha.
“Harapannya dengan melalui proses tersebut memungkinkan persetujuan kredit dapat dilakukan dengan lebih independen dan meningkatkan kualitas kredit,” katanya.
Ia mengakui, rasio NPL di Bali tidak jauh berbeda dengan NPL secara nasional di mana selama 2018 mencapai 2,8 persen atau masih rendah dan jauh dari batas wajar lima persen. (dik)