Regenerasi SDM jadi Kendala Industri Tenun di Bali

304

Denpasar (Bisnis Bali) – Permintaan kain tenun Bali baik endek ataupun songket cukup ada di tengah gencarnya promosi yang dilakukan pemerintah dan pelaku industri itu. Namun regenerasi SDM menjadi salah satu kendala produksi kain tenun di bali saat ini.

Salah seorang pelaku industri kain tenun Bali, Pande Putu Ngurah Saputra Wiguna, saat ditemui di Denpasar belum lama ini, mengatakan, saat ini SDM yang membantunya dalam proses produksi kebanyakan berumur 40-50  ke atas. Menurutnya, regenerasi untuk pembuatan kain tenun saat ini cukup sulit.

“Generasi muda kita saat ini lebih tertarik untuk bekerja di counter HP, supermarket dan sebagainya. Minat untuk menenun itu jarang,” ungkapnya.

Di samping itu, ongkos pekerja di Bali juga cukup mahal dibandingkan pekerja di luar Bali. Hal ini membuat persaingan dengan kain tenun luar Bali cukup dirasakan. Dalam kondisi ini, dia berharap rencana pemerintah yang akan mengeluarkan Pergub untuk mewajibkan intansi dan perusahaan di Bali menggunakan kain endek akan memberi peluang peningkatan pasar dan peningkatan perputaran ekonomi di Bali.

“Hal tersebut pun diharapkan nantinya juga membuat daya tarik masyarakat untuk menenun tinggi,” ujarnya.

Senada dengan itu, pemilik usaha tenun lainnya, I Nyoman Sudira mengatakan, kesulitan untuk mencari SDM saat ini. Selain usia penenun  ditempatnya sudah di atas 40 tahun, pekerjaan sebagai penenun juga hanya digunakan sebagai pekerjaan sampingan setelah menyelesaikan urusan rumah tangga dan kegiatan adat.

“Pekerja saya sebanyak 28 orang. Jadi mereka mengurus urusan rumah tangga terlebih dahulu, baru mereka bekerja. Biasanya pukul 11.00 baru mulai bekerja. Bahkan kalau ada hari raya besar, mereka tidak bekerja dan libur cukup lama. Sehingga kadang membuat saya kesulitan memenuhi permintaan,” tuturnya.

Sementara untuk regenerasi, pihaknya mengaku sangat pesimis. Sempat oleh pemerintah digelar pelatihan membuat kain tenun bagi anak-anak muda agar mereka tertarik menekuni bidang ini. Sayang, setelah pelatihan selesai, semua menghilang dan tidak ada yang menekuni pembuatan kain tenun ini. (wid)