Singaraja (Bisnis Bali) – Saat ini fashion dengan berbahan dasar kulit kian digemari karena memiliki keunikan dan memiliki harga jual tinggi bahkan sudah menjadi gaya hidup bagi masyarakat. Tetapi, penggunaan kulit pada hewan-hewan langka seperti buaya, ular, dan sapi mulai dibatasi untuk mengatasi perburuan liar.
Beragam fashion dari kulit ikan yang digagas Nyoman Adi Arnaya dari Keluharan Banjar Jawa Singaraja cukup menarik perhatian. Dari berbagai jenis kulit ikan yang dimanfaatkan seperti Kakap Merah (red snapper), Kakap Putih (barramundi), Mahi Mahi , Tuna, Lizard, Stingray, Rooster Claw dan ikan pari. Jenis kulit ikan pari yang paling banyak digemari.
Ikan pari termasuk eksotic lether yang memiliki tekstur dan motif unik sehingga sangat bagus jika digunakan bahan sepatu maupun tas. Namun populasi ikan pari yang kian menurun membuat ekspor jenis ikan inipun dibatasi. “Setiap tahun produksinya tetap ada akan tetapi sekarang mulai dibatasi,” imbuhnya.
Untuk mengatasi kelangkaan tersebut, Arnaya saat ini mulai beralih menggunakan kulit ikan kakap baik kakap merah ataupun kakap putih. Sama halnya dengan pari, kakap juga memiliki tekstur dan motif yang unik sehingga barang yang dihasilkan memiliki ciri khas. “Kakap memiliki motif yang sangat unik dan tekstur kulit yang kuat sehingga tahan panas maupun dingin,” tambahnya.
Arnaya mengungkapkan limbah kulit ikan dipilihnya kulit ikan karena Indonesia memiliki perairan yang cukup luas sehingga memiliki ketersediaan ikan yang begitu melimpah sehingga mampu mengekspor beberapa jenis ikan ke beberapa Negara. Bahkan Indonesia menjadi pemasok ikan terbesar kelima di dunia sehingga pengolahan kulit ikan menjadi barang bernilai jual merupakan salah satu pemanfaatan limbah ikan. “Ini merupakan limbah yang ketersediaanya sepanjang tahun,” jelasnya. (ira)