KITA banyak sekali melihat di media cetak dan media elektronik mengenai iklan yang berhubungan dengan promosi produk properti. Baik itu tanah kavling, rumah tapak, rumah susun (apartemen), kondotel, villa, dan sebagainya. Harga yang ditawarkan pun bervariasi. Makin unik properti di Bali,harganya pun makinmahal.
Pakar bisnis properti, sekaligus Direktur PT. Skiland Developement, Gede Semadi Putra, baru – baru ini memaparkan, bicara bisnis properti tak bisa lepas dari kondisi terdahulu. Nilai properti di Indonesia memang mengalami dampak penurunan harga saat krisis 1998.
Krisis multi dimensi saat itu benar-benar menyebabkan banyak terjadinya kredit macet yang merupakan alasan harga properti banyak yang jatuh. Selain itu juga banyak pengembang yang gulung tikar karena unitnya tak laku terjual disebabkan harga material pembangunan yang sangat tinggi, bunga kredit yang sangat tinggi bahkan bank juga kelimpungan karena terjadi rush penarikan dana sehingga tak berani mengeluarkan kredit. Pada posisi seperti ini bisnis properti pun akhirnya mandeg dan banyak properti di obral murah-murah.
Tak sedikit para pebisnis yang benar-benar berani berspekulasi melakukan pembelian aset yang sangat banyak pada periode krisis ini. Sehingga saat ini kita lihat 40 orang terkaya di Indonesia rata-rata melakukan spekulasi tersebut. Saat itu mereka beli murah dan sekarang harganya sudah berkali-kali lipat.
Keadaan krisis tersebut memang sudah berangsur pulih pada tahun 2000-an. Pada masa ini banyak pengembang mulai menggarap land bank yang belum di pasarkan. Pada masa tahun 2000-an ini lah harga properti mulai berangsur meningkat seiring dengan bertumbuhnya perekonomian Indonesia secara makro. Hal ini menyebabkan demand terhadap hunian pun semakin meningkat.
Properti di Indonesia 10 tahun setelah itu (2009 – 2018) memang berbeda dengan tahun sebelumnya. Peningkatan yang terjadi pada masa ini sangat drastis. Kondisi ini disebabkan karena semakin bertambahnya jumlah kelas menengah di Indonesia. Ekonomi Indonesia secara makro pun benar-benar mengalami peningkatan yang signifikan pada masa ini. Pemerintah Indonesia banyak menyelesaikan proyek infrastrukturnya sehingga kegiatan ekonomi sangat ditopang pertumbuhannya.
Secara otomatis kegiatan ekonomi berjalan lancar, walau memang ada beberapa krikil – krikil kecil yang menahan kegiatan ekonomi itu sendiri. Seperti contohnya kenaikan harga bahan pokok, melemahnya rupiah terhadap dolar Amerika. Meski demikian kegiatan ekonomi Indonesia masih dapat berjalan bahkan bertumbuh dengan baik.
Pengurus DPD REI Bali ini menyampaikan, harga properti ini sangat sulit diatur kenaikan harganya. Selain itu lembaga khusus atau peraturan perundang-undangan khusus yang mengawasi kenaikan harga properti juga belum ada. Kalau lembaga khusus untuk memonitor dan menjaga fluktuasi harga bahan pokok masih ada. Sehingga sangat diperlukan sebuah lembaga khusus untuk melakukan kontrol langsung terhadap harga-harga properti yang ada di Indonesia.
Namun saat ini bukannya pemerintah tidak melakukan apa-apa. Pemerintah Indonesia sudah melakukan beberapa tindakan khususnya untuk meredam terlalu melonjaknya harga properti, misalnya dengan menerapkan aturan Loan to Value ( LTV) yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, penentuan nilai transaksi riil sehingga pajak yang diterima pemerintah pun berdasarkan nilai riil, penghentian KPR inden, dan sebagainya. Kebijakan pemerintah Indonesia ini diperkirakan mampu menahan peningkatan harga properti di Indonesia. (gun)