Denpasar (Bisnis Bali) – Bisnis butik busana adat Bali tak kalah berpeluang karena potensi pasar yang cukup besar. Demikian diungkapkan pebutik Milion Moda, Siska, Kamis (1/11). Prospeknya bisnis busana adat saat ini karena kebutuhan masyarakat makin kompleks.
Tak hanya bagi konsumen yang bekerja di sektor formal juga nonformal. Itu karena di Bali tak bisa lepas dari aktivitas adat – istiadat dan agama, selain untuk busana kantoran yang wajib digunakan pada hari tertentu. Menyediakan busana adat baik untuk pria maupun wanita yang berkualitas bukan saja merupakan peluang tapi juga tantangan bagi desainer Bali khususnya.
Menghadapi selera pasar yang beragam, perlu menghadirkan produk – produk pilihan dengan harga kompetitif murah. Hal ini sekaligus menampik kalau busana adat yang dijual di butik serba mahal. ” Kalau produk butik dikatakan berkelas memang iya. Tapi soal harga tetap bisa dikondisikan mengingat daya beli pasar juga tak semuanya di level atas,” ujarnya.
Dia menyediakan berbagai produk kebaya juga kain bawahan dengan mengedepankan kualitas dan harga bersaing. Kebaya brokat maupun bordiran dijual dengan kisaran Rp450.000 – di atas Rp600.000 per pcs. Sedangkan kain bawahan berupa endek, sutra, dan lainnya kisarannya Rp 250.000 – Rp 400.000.
Kelebihan belanja di butik saat ini, tak hanya mendapatkan referensi busana adat yang berkualitas, harga bervariasi, plusnya adalah konsumen bisa konsultasi tentang mode busana terkini agar busana yang dipilih tetap mengacu pada tren terkini. Ini penting baik bagi kalangan wanita muda maupun tua agar tetap bisa tampil menarik dan percaya diri.
Menurutnya bisnis busana adat Bali sangat relevan untuk digarap orang Bali. Selain lekat dengan budaya daerah, busana adat juga wajib dilestarikan sebagai identitas daerah yang berbudaya dan beragama. Ini bertujuan bisnis ini mampu memberikan manfaat positif terhadap perekonomian.
Penguji Bali Puspa Bordir, Jro Puspawati, menyampaikan busana adat baik pria maupun wanita memang wajib bagi orang Bali. Inilah potensi kearifan lokal yang berpeluang ekonomi. Pebutik kebaya kerawangan ini mengatakan, inovasi busana adat maupun untuk ke Pura perlu terus ditingkatkan dengan begitu akan mampu menarik minat beli konsumen. Saat ini konsumen selektif, mereka sangat suka dengan produk baru dan berkualitas walaupun harganya relatif mahal. Karena itu dalam manajemen bisnis butik ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pebutik perlu melakukan survei pasar agar mampu membaca selera pasar. Selain itu seburuk juga harus bisa tampil beda misal menyediakan desain dan motif baru dengan begitu bisa menjadi pilihan konsumen serta tak mudah membuat konsumen jenuh. Selanjutnya adalah promosi yang jujur dan gencar. Ini diharapkan mampu memberi dampak positif terhadap bisnis butik yang dibangun.
Pebisnis busana adat lainnya, Agus Dauh Aryawan menambahkan konsumen kini perlu banyak referensi produk sehingga dapat dipilih sesuai isi kantong. Tak hanya kebaya tapi juga busana adat untuk kaum pria. Contohnya baju safari kalau selama ini dikenal menggunakan kain katun, dan sejenisnya, berkat inovasi desainer bisa saja dibuat busana adat yang sama berupa kaos, dan lainnya.
Dia setuju pasar busana adat Bali makin terbuka karena pengguna busana adat adalah mulai anak – anak, remaja, hingga orang dewasa. Khususnya di Bali juga terdapat pilihan kain tradisional yang khas yakni endek dan songket sehingga akan makin meningkatkan keragaman produk di pasaran. (gun)