Denpasar (Bisnis Bali) – Menembus pasar yang luas, para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) mesti mampu menjual barang yang memiliki kualitas. Selain kualitas sebagai penentu pasar juga desain dan motif yang menarik. Seperti aneka kerajinan khas Bali, yang sudah terkenal dan masuk pasar global. Namun belakangan ini pasar lesu sehingga aneka kerajinan Bali permintaannya melorot.
Salah seorang perajin sekaligus pelaku usaha, I Made Surya asal Gianyar menyebutkan, produk aneka kerajinan suvenir khas Bali sudah terkenal di seluruh negara di dunia. Terbukti beberapa tahun lalu dalam satu semester (6 bulan) bisa menerima pesanan sampai satu kontiner. Kerajinan sebanyak itu paling tidak melibatkan sampai puluhan orang.
”Kalau dulu waktu pasar kerajinan bagus saya bisa menerima pesanan aneka suvenir khas Bali sampai satu kontiner dalam wakti satu semester. Namun kerajinannya banyak jenisnya. Ada patung kayu, anyaman, pop art dan lainnya. Namun belakangan ini seiring terjadinya pelesuan ekonomi global pemasaran kerajinan menurun. Bahkan sekarang ini nyaris tidak ada aktivitas. Dan perajin yang selama ini terlibat sudah pada alih profesi,” tegasnya.
Para pemerhati pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) diantaranya I Ketut Darta yang mantan Kabid Industri Disperindag Bali yang saar ini aktif sebagai Konsultan HaKI dan Drs. I Dewa Dharendra mantan Kadis Perindag Kota Denpasar menyebutkan benar belakangan ini pasar kerajinan secara umum sangat lesu. Bahkan akibat pelambatan ekonomi sudah belasan ribu perajin di Bali yang beralih profesi. Sudah tidak lagi menjadi pembuat patung lagi tetapi sudah menjadi tukang bangunan dan lainnya.
Sedangkan yang masih aktif sebagai perajin yang mampu membuat aneka kerajinan dengan kualitas dan desain serta didukung motif menarik. ”Kerajinan khas Bali sudah terkenal di berbagai negara. Karena memiliki nilai seni tinggi. Disamping itu aneka kerajinan Bali dibuat dengan sistem manual (hand made). Sehingga pasar dalam kondisi sekarang ini memilih produksi yang berkualitas dan menarik,” kata Darta.
Dewa Dharendra menambahkan, selain kualitas penentu pasar adalah desain dan motif yang menarik. Untuk itu pemerintah semestinya memberikan pembinaan tenkis tentang peningkatan  penembangan desain. Kalau kerajinannya adalah kaln tradisional maka perlu juga dikembangkan motif. Seperti menyelenggarakan lomba desain dan motif.
”Kerajinan yang inovatif masih diminati pasar. Hanya saja jumlahnya tidak banyak, tetapi terbukti beberapa pelaku bisnis kerajinan masih tetap eksis. Karena kerajinan yang dijual berkualitas, desain dan motifnya inovatif,” jelas Dharendra. (sta)