Mangupura (Bisnis Bali) – Presiden Joko Widodo membuka secara resmi Our Ocean Conference (OOC) ke-5 yang mengangkat tema “Our Ocean, Our Legacy” di Bali Nusa Dua Convention Centre (BNDCC), Senin (29/10). Pertemuan dua hari ini dihadiri Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, serta 6 Kepala Negara dan sekitar 1.000 delegasi dari berbagai negara.
Dalam pidatonya, Presiden Joko Widodo mengungkapkan, laut merupakan harta paling berharga di dunia. Lebih dari 90 persen perdagangan dunia dilakukan melalui laut. Selain itu, 40 persen nilai perdagangan dunia juga dilakukan melalui laut serta 61 persen minyak dunia didistribusikan lewat laut. Nilai kekayaan laut diperkirakan mencapai 24 triliun dolar AS.
Ratusan juta manusia hidup tergantung dari sektor perikanan, dan hampir setengah penduduk dunia atau sekitar 3,2 miliar manusia berada dalam radius 100 kilometer dari lautan. Belum lagi sumber alam lainnya yang terkandung di dalam laut. “Itulah gambaran pentingnya laut bagi kehidupan kita dan masa depan umat manusia,” ujar Presiden Joko Widodo.
Di sisi lain, Presiden Joko Widodo menyebut tantangan yang dihadapi laut kita, seperti kejahatan di laut makin marak, illegal fishing mencapai 26 juta ton atau senilai 10-23 miliar dolar AS setiap tahun, perompakan, perdaganan manusia, penyelundupan obat terlarang, perbudakan dan lainnya.
“Masalah maritim jika tidak diselesaikan melalui negosiasi dan berdasar pada hukum internasional maka akan mengancam stabilitas. Hukum internasional bisa menjadi pemandu bagi penyelesaian,” katanya.
Presiden juga menyoroti, kesehatan laut sangat memprihatinkan, seperti adanya sampah plastik, polusi air, rusaknnya terumbu karang, pemanasan suhu air laut, dan naiknya permukaan air laut. Jangan terlambat berbuat untuk laut kita. Satu negara tidak akan mampu menangani laut. Pemerintah juga tidak akan mungkin menyelesaikan semuanya sendiri. “Untuk itu perlu kolaborasi dan kerjasama global unutuk mencapai sustainable goals (SDGs) khususnya terkait perlindungan laut,” tegasnya.
Indonesia mengembangkan revolusi mental untuk menangani tantangan di laut dan mengelola laut secara berkesinambungan. OOC harus menjadi motor penggerak the revolusi mental global untuk merawat laut. Indonesia sudah bertekad untuk menjadi kekuatan maritim dunia. Untuk itu Indonesia telah membuat kebijakan kelautan dan rencana aksinya. Sejak 8 tahun terakhir berbagai langkah telah dilaksanakan termasuk meningkatkan konektivitas melalui tol laut, memperkuat armada laut dan pembangunan 477 pelabuhan. Pengurangan polusi laut diharapkan mencapai target pengurangan sampah plastik di laut sebesar 70 persen pada tahun 2025, tercapainya kawasan konservasi perairan seluas 20 juta hektar pada 2018, yakni 2 tahun lebih cepat dari target 2020.
Dan untuk mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia, Indonesia aktif memajukan kerjasama maritim di forum Asean, Pasifik Selatan, IORA, PBB dan berbagai forum internasional. Ke depan Indonesia juga ingin memajukan kerjasama maritim di kawasan Indo Pasifik. “Kita semua harus berani membuat komitmen dan mengambil langkah-langkah kongkrit dimulai dari diri kita masing-masing yang berdampak nyata terhadap perlindungan laut. Untuk itu saya mendorong OOC untuk mengambil langkah dengan meningkatkan sinergi yang dilaksanakan masing-masing negara,” tutup Presiden Joko Widodi, sembari membaca sebuah puisi yang intinya menyebut laut bukan menjadi pemecah tetapi pemersatu. (dar)