Denpasar (Bisnis Bali) – Budidaya merica atau lada sebelumnya enggan dilakoni petani, karena membutuhkan biaya yang cukup tinggi untuk tiang tempat merambatnya tanaman. Namun saat ini dengan adanya komoditas lada perdu, biaya produksi dapat ditekan.
Budidaya lada perdu menurut Bayu, penjual bibit tanaman di Jalan By Pas Ida Bagus Mantra, Denpasar, memiliki beberapa keunggulan diantaranya biaya produksi lebih murah karena tidak memerlukan tiang panjat yang harganya semakin mahal, tanaman bisa dipanen lebih awal yaitu pada umur 2 tahun setelah tanam, serta pemeliharaan dan pemanenan lebih mudah.
“Budidaya lada perdu bisa dilakukan dengan sistem tumpang sela dengan kelapa atau tanaman tahunan lainnya atau ditumpangsarikan dengan tanaman semusim seperti kacang tanah dan jagung. Dengan begitu pendapatan petani akan lebih tinggi,” tuturnya di Denpasar, beberapa waktu lalu.
Tanaman lada perdu memerlukan naungan 25 – 50% sehingga cocok dibudidayakan dengan sistem tumpang sela dengan tanaman perkebunan seperti kelapa, cengkeh, mangga dan sengon. “Karena sistem perakaran lada perdu sangat dangkal dan sedikit, tanaman ini tidak tahan terhadap sinar matahari penuh. Berbeda dengan lada biasa yang membutuhkan banyak sinar matahari,” ungkapnya.
Penanaman lada perdu sebaiknya dilakukan pada musim hujan. Sebelumnya lakukan pembersihan lahan, pembuatan lubang tanam dengan ukuran minimal 35 cm x 35 cm x 35 cm dengan jarak tanam 1,5 m x 1,5 m. Sementara untuk tanaman sela dengan kelapa, biasanya ditanam sekitar 2 meter dari pangkal batang kelapa, karena perakaran kelapa umumnya sampai sejauh 2 meter dari pangkal batang.
“Lubang tanam ditutup dengan campuran tanah atas yang dicampur pupuk kandang sebanyak 5–10kg per lubang tanam. Bila pH tanah rendah tambahkan dolomit 0,5 kg per lubang tanam,” ucapnya.
Tanam bibit lada perdu dengan tegak, pada awal musim penghujan. Untuk pemeliharaan tanaman lada perdu lebih mudah dibanding lada panjat, karena tidak memerlukan pemeliharaan untuk tiang panjatnya, sehingga biaya produksi dapat ditekan. Namun secara umum proses pemeliharaan hampir sama.
Lakukan penyiangan dari gulma, jadi di sekitar batang tanaman tidak boleh ada gulma karena akan menggangu pertumbuhan tanaman. Penyiraman pada awal penanaman harus dilakukan secara rutin, setelah tanaman cukup kuat maka penyiraman dapat disesuaikan dengan kondisi tanah. Meski demikian tidak boleh ada genangan air karena akan mengganggu pertumbuhan tanaman dan dapat menjadi sumber patogen. Karenanya saluran drainase harus terjaga baik.
“Pemberian mulsa, baik mulsa plastik maupun mulsa alam, sangat dianjurkan terutama pada musim kemarau. Selain untuk mempertahankan kelembaban pada tanah juga berguna sebagai pupuk organik dan dapat menekan pertumbuhan gulma,” tukasnya.
Pemupukan tanaman lada pada tahun I pertama penananam diberikan pupuk 50 gram pertanaman per tahun, berikan 4 kali setahun mulai 3 bulan setelah tanam. Pada tahun II dosis pupuk 100 g/tanaman/tahun dan tahun III dan seterusnya 200 g/tanaman/tahun. Pemberian pupuk kimia dilakukan setiap pada awal musim hujan, sedangkan pupuk kandang diberikan setiap tahun pada awal musim kemarau dengan dosis 5-10 kg/tanaman/tahun. Untuk mencegah terjadinya serangan hama dan penyakit, lakukan penyemprotan pestisida 1 kali sebulan.
“Tanaman lada perdu biasanya sudah berbunga pada umur 1 bulan setelah dipindah ke lahan, tapi bunga yang muncul sebaiknya segera dibuang sampai tanaman berumur 1,5 tahun. Perompesan bunga sangat diperlukan untuk mempercepat pertumbuhan vegetatif dan dihentikan setelah tanaman cukup rimbun,” tukasnya.
Lada perdu mulai berproduksi pada umur 2 tahun dan panen selanjutnya dilakukan setiap tahun sampai tanaman berumur lebih dari 10 tahun. “Biasanya panen pertama tanaman menghasilkan sekitar 200 gram lada kering per tanaman. Panen berikutnya akan meningkat,” ungkapnya. Panen lada perdu lebih mudah karena tidak memerlukan tangga. (pur)