Produk Sasirangan Rambah Bali

640

Denpasar (Bisnis Bali) – Selain dikenal sebagai daerah tujuan wisata dunia, Bali juga dianggap potensial mempromosikan berbagai produk UMKM dari berbagai provinsi/daerah di Indonesia. Melalui ajang pameran di beberapa mall di Bali, para pengusaha UMKM tersebut berharap produknya bisa dikenal hingga mancanegara.

Salah satunya produk kain Sasirangan. Pada awalnya kain ini merupakan bagian kepercayaan dari masyarakat suku Banjar di Banjarmasin, Kalimantan Selatan untuk menyembuhkan suatu penyakit. Selain itu kain Sasirangan juga dipakai untuk upacara adat suku daerah Banjar dengan bentuk laung (ikat kepala), kekamban (kerudung) dan tapih gamis (kain sarung).

Seiring waktu kain Sasirangan mulai digali dan dipopulerkan menjadi busana daerah yang bercorak budaya suku Banjar. Pihak pemerintah setempat telah menyarankan agar produksi kain ini dikerjakan lebih modern tanpa menghilangkan ciri khasnya agar bisa dipakai sebagai bahan pakaian.

Pemilik Ady Sasirangan Gallery, H. Suryadi mengungkapkan kini kain Sasirangan sudah diproduksi untuk bahan pakaian pria dan wanita. Bahannya pun beragam seperti katun, semi sutera, katun jepang dan katun sutera. “Jika dalam bentuk kain lembaran kami jual Rp 120 ribu. Untuk produk baju/hem Rp 230 ribu dan dress Rp 300 ribu – 400 ribu,” ungkap Suryadi saat ditemui di salah satu mall di Denpasar.

Selama ini, pemasaran produk kain Sasirangan masih terbatas di wilayah Banjarmasin saja. Namun karena dinilai berpeluang maka pemasarannya mulai diperluas hingga ke luar daerah, termasuk di Bali yang dikenal sebagai pusat pertemuan turis mancanegara.

“Kain Sasirangan ini memiliki motif yang beragam, diantaranya hiris pudak, kembang kacang, kulat karikit dan mayang maurai. Konsumen lebih banyak memilih produk jadinya, berupa hem atau dress untuk dipakai sehari-hari dalam berbagai kegiatan,” imbuhnya. (dar)