Denpasar (Bisnis Bali) – Melemahnya nikai tukar rupiah terhadap dolar memberi pengaruh pada meningkatnya harga beberapa bahan baku industri yang didatangkan dari luar negeri. Hal ini pun membuat sebagian pelaku industri khususnya di bidang fashion mengelus dada.
Salah seorang Desainer Kebaya, Desak Made Arisanthi Dewi, yang memanfaatkan produk luar khususnya payet dalam kebutuhan produksi rancangannya mengaku cukup tertekan dalam situasi ini. Di satu sisi harga bahan baku meningkat, di sisi lain daya beli produknya pun mengalami penurunan.
“Kalau payet kita memang harus impor, karena kualitasnya lebih bagus. Mau tidak mau, saat ada kenaikan harga harus mengikuti,” ujarnya.
Sementara itu, harga jual produknya tak bisa dinaikan karena daya beli masyarakat yang kian menurun akibat pelemahan ekonomi saat ini. Di samping itu, gaji karyawan juga harus dinaikkan mengingat harga kebutuhan yang kian meningkat.
“Ya saat ini kami harus bisa tutup mata, tutup telinga. Yang terpenting bisa menutupi biasa produksi,” ungkapnya sembari mengatakan margin pendapatannya sudah pasti menurun saat ini.
Namun demikian dia mengatakan tetap bersyukur, karena dalam situasi seperti ini produksinya masih bisa berjalan, tanpa harus merumahkan karyawan. Dia berharap kondisi ini akan segera berakhir dan keadaan ekonomi bisa normal kembali.
Hal senada juga diungkapkan oleh pengusaha tekstil, I Made Andika Putra, pemilik CV Tarum Bali. Selain harga bahan baku yang kian meningkat, dia juga mengakui kesulitan dalam memperoleh bahan baku untuk produksinya. Saat ini dikatakannya ada pembatasan impor misalnya mengimpor pakaian jadi tidak lebih dari 12 pcs. Sedangkan untuk bahan baku tidak lebih dari 100 kg atau 100 meter.
Bahan baku memang ia dapatkan dari Jawa. Namun ia yakini bahan baku tersebut didatangkan dari Cina. Seperti benang yang dibelinya dalam jumlah besar (bal) didatangkan dari Cina. “Karena kita disini tidak punya pertanian kapas sehingga tidak bisa buat bahan baku benang,” ungkapnya belum lama ini.
CV Tarum Bali merupakan usaha yang bergerak di bidang tekstil. Produknya berupa kain dengan pewarna alam dan 99 persen di ekspor. Ekspornya telah merambah ke lima benua. Australia yang paling banyak. Namun juga ada ke Jepang, Amerika, Jerman, California, Afrika, Portugal, dll. (wid)