Denpasar (Bisnis Bali) – Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan bunga 7 persen akan lebih menyasar ke sektor ritel di pariwisata. Ketua DPK Perbarindo Kota Denpasar, Made Sumardhana Rabu (24/10) menilai, Bank perkreditan rakyat (BPR) tak akan menyentuh sektor ritel sebaliknya lebih fokus ke sektor mikro.
Diungkapkannya, sektor mikro memang merupakan pasar utama BPR. Sektor mikro akan tetap menjadi pasar BPR. Ia melihat sektor UKM yang bergerak di sektor pariwisata lebih banyak pada tataran pasar ritel. BPR hanya sedikit yang menyentuh pasar ritel.
KUR dinilai tepat menyasar sektor pariwisata. Ini diharapkan mengembangkan usaha pariwisata yang bergerak disektor ritel. Sektor mikro membutuhkan kredit untuk permodalan kisaran dibawah 25 juta. Sementara sektor ritel membutuhkan kredit penguatan modal di atas Rp 25 juta.
Menurutmya, pengelola akomodasi yang bergerak di sektor pariwisata salah satu contoh bergerak di sektor ritel. “Ritel di sektor pariwisata ini butuh modal besar,” ucapnya.
BPR berharap bank umum yang menyalurkan KUR fokus di sektor ritel. Ada BPR yang menyalurkan KUR. BPR di Bali yang menyalurkan KUR juga menyasar sewktor ritel. BPR tentu tidak bisa bersaing dari sisi suku bunga. Suku bunga kredit BPR tentu tidak bisa bersaing dengan suku bunga KUR 7 persen.
Made Sumardhana menambahkan BPR tetap menyalurkan kredit produktif ke sektor UMKM. Ini dengan suku bunga kresit 18-24 persen. ” Dengan mengedepankan unsur kedekatan, UMKM akan tetap menggunakan produk dan jasa BPR,” tambahnya. (kup)