Kuliner Khas Buleleng, Raih Juara Favorit Kreatif Tingkat Nasional

231

Singaraja (Bisnis Bali) –  Buleleng kembali menorehkan prestasi di ajang tingkat nasional. Kali ini kuliner khas Buleleng yakni pesor talas dan lontong ubi talas berhasil mengantarkan PKK Desa Lokapaksa, Kec.Seririt, Buleleng sebagai juara favorit kreatif dalam lomba cipta menu (LCM), olahan pangan non beras beragam bergizi seimbang dan aman (B2SA), yang digelar dalam rangkaian Hari Pangan Sedunia Th 2018 di Kota Banjarbaru – Kalimantan Selatan. Tim PKK Lokapaksa pada kesempatan tersebut mendapat kehormatan mewakili Provinsi Bali.

Majunya PKK Lokapaksa dalam lomba tersebut didukung penuh Pemprov Bali dan Pemkab Buleleng. Hal itu dibuktikan dengan hadirnya Putri Suastini Koster sebagai Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Bali dan Wakil Bupati Buleleng dr. Nyoman Sutjidra,Sp.OG., didampingi oleh Ayu Wardhany Sutjidra selaku Wakil Ketua Tim Penggerak PKK Kab.Buleleng pada ajang tahunan tersebut.

Penghargaan sebagai juara favorit kreatif untuk Provinsi Bali diserahkan langsung oleh Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI Agung Hendriadi di Kompleks Perkantoran Gubernur Kalsel. Selain kategori menu kreatif, juga diserahkan penghargaan favorit pangan lokal yang diraih oleh Provinsi Bangka Belitung.

Wayan Budi Darmiasih dan Gusti Ayu Parniti yang dipercaya menjadi juru olah pangan dalam lomba tersebut menyajikan menu andalan olahan pangan non beras yaitu pesor talas ubi ungu, lontong ubi talas, dan moran ubialas, masing-masing untuk sajian makan pagi, siang, dan malam. Selain menu utama tersebut, disajikan pula menu pendamping antara lain urab gecang, sambal cicang, timbungan cekalan, plecing kables, sate tahu udang, dan sayur kelor.

Budi Darmiasih mengungkapkan rasa bangganya karena telah berhasil mengantarkan menu olahan pangan non beras dari Lokapaksa sebagai juara favorit kreatif, menyingkirkan ratusan menu dari berbagai provinsi lain. Dengan diraihnya juara favorit kreatif, upayanya menyajikan olahan menu yang beragam dengan bahan non beras selama ini dinilai telah berhasil dan dihargai pemerintah.

Ditanya alasan menyajikan menu-menu tersebut, perempuan yang juga berprofesi sebagai guru ini  menjelaskan, bahan baku untuk menu tersebut relatif mudah diperoleh, karena menjadi salah satu potensi yang ada di desanya. “Kebetulan di daerah saya itu (Lokapaksa) adanya itu talas, kemudian saya padukan dengan ubi ungu. Di pasar juga mudah saya dapatkan (bahannya),” ungkap Budi.

Masih ungkap Budi, dia awalnya mencoba-coba berkreativitas sendiri untuk menciptakan menu-menu tersebut. Selanjutnya hasil olahan menunya itu dicoba berkali-kali untuk menjadi lebih sempurna. “Awalnya saya padukan dahulu antara bahan karbohidrat yang satu dengan yang lainnya, barulah muncul ide saya untuk membuat entil pesor, yang pembungkusnya dari daun bambu,” jelasnya.

Sementara itu, Kabid Konsumsi dan Penganekaragaman Pangan Dinas Ketahanan Pangan Kab.Buleleng Ketut Cantyana menuturkan, menu-menu yang disajikan pada lomba ini sebelumnya sudah dikirimkan daftarnya kepada panitia. Menu-menu tersebut sudah mendapat rekomendasi dari Dinas Kesehatan terkait dengan kandungan gizi pada setiap sajian.

“Kami kerjasama dengan petugas ahli gizi dari Dinas Kesehatan Kab.Buleleng untuk memastikan kandungan gizi dalam tiap menu sesuai dengan standar yang sudah ditentukan panitia,” ungkapnya.

Wakil Bupati Buleleng Nyoman Sutjidra yang hadir pada kesempatan tersebut memberikan apresiasi yang tinggi atas berhasilnya duta Bali yang diwakili Desa Lokapaksa memperoleh penghargaan ditingkat nasional. “Dengan diperolehnya juara favorit kreatif, ini menunjukan bahwa variasi dari panganan lokal di Buleleng masih bisa berbicara di tingkat nasional,” ungkapnya bangga.

Pejabat yang juga dokter kandungan ini berharap banyak akan adanya pengembangan olahan pangan non beras yang  nantinya dapat menggantikan olahan pangan berbahan utama beras. Dengan makin beragamnya hasil olahan tanaman holtikultura non beras ini juga dianggapnya memberikan prospek yang luar biasa bagi petani untuk dikembangkan.

Sutjidra berharap nantinya olahan pangan non beras ini mampu menjadi alternatif  bahan makanan pokok pengganti beras yang selama ini menjadi hahan makanan pokok. “Saya juga berharap kepada KWT agar untuk bisa membuat kreasi-kreasi dari panganan non beras ini yang dihasilkan di desa masing-masing. Sehingga nantinya pangan non beras ini dapat menjadi bahan makanan utama, terutama di desa-desa yang sawah basahnya sedikit,” harapnya. (ira)