Budidaya Tembakau Tumpang Sari dengan Cabai

1390

Gianyar (Bisnis Bali) – Budidaya tembakau di Kabupaten Gianyar sudah cukup lama dilakoni petani. Budidaya tembakau tersebut sebagai giliran tanaman setelah budidaya padi. Budidaya tembakau di subak gede Sukawati, menurut Kabid Perkebunan, Dinas Pertanian Kabupaten Gianyar I Nyoman Sutawan dimulai pada April dengan pembibitan. Proses penanaman ke lahan dilaksanakan pada Juni. Serta tanam mulai bisa dipanen akhir Agustus – September.

Petani di subak Gede, masih menggunakan cara tradisional dalam proses budidaya. “Kami selama melakukan pendampingan, namun petani memang enggan memberikan informasi terkait proses budidaya yang dilakukan. Itu menjadi rahasia petani,” tukasnya.

Pembibit yang digunakan juga masih tradisional dan menggunakan bibit asli di daerah tersebut yang sudah diwarisi dari leluhur. Meski demikian budidaya di subak gede cukup menjanjikan keuntungan bagi para petani.

Keunggulan budidaya tembakau di Sukawati ini adalah menggunakan sistem tumpang sari dengan tanaman cabai. “Dengan sistem tumpang sari cabai, hasil budidaya tembakau lebih baik ketimbang tanpa tumpang sari. Selain itu petani juga mendapatkan penghasilan tambahan dari budidaya tanaman cabai,” ungkapnya. Daun tembakau yang dihasilkan lebih besar dan berkualitas.

Jadi petani setelah panen tembakau mereka juga panen cabai, sehingga mendapatkan penghasilan lebih. “Saat melakukan pemupukan, selain memupuk tembakau mereka sekaligus memupuk cabai. Jadi pupuknya memiliki dwi fungsi, untuk tembakau dan cabai ini tentunya sangat ekonomis dengan hasil berlipat,” tandasnya.

Selama ini petani masih menggunakan sedikit pupuk kimia. Padahal seharusnya budidaya tembakau hanya menggunakan pupuk organik, karena akan berpengaruh pada kandungan nikotin. “Tapi petani di Sukawati menjual tembakau dalam bentuk rajangan bukan untuk pembuatan rokok. Makanya mereka menggunakan pupuk kimia, agar hasilnya lebih maksimal,” ucapnya.

Karena di Bali kebutuhan tembakau untuk upacara keagamaan juga cukup banyak. Karenanya petani memilih memenuhi kebutuhan tersebut. “Sekarang di Bali belum ada pabrik rokok, itu juga menjadi kendala tersendiri. Kedepan kami berharap budidaya tembakau di Gianyar bisa lebih berkembang, sehingga bisa dilakukan kerjasama dengan pihak perusahaan rokok,” pungkasnya.  (pur)