Amlapura (Bisnis Bali) – Festival Pesona Taman Soekasada Oejoeng (TSO) di Karangasem berlangsung dua hari yakni Selasa (16/10) dan ditutup Rabu (17/10). Kegiatan dalam rangka menyemarakkan objek wisata terkait pertemuan rutin IMF-World Bank itu, juga dirangkaian dengan HUT ke 97 TSO. Kegiatan itu dihadiri Tenaga Ahli Bidang Pemasaran dan Kerjasama Kementerian Pariwisata Prof. Dr. Ir.I Gde Pitana. Acara dibuka Bupati Karangasem IGA Mas Sumatri dengan pelepasan balon ke udara.
Ketua Panitia festival itu, Drs. I Wayan Astika yang juga Kepala Dinas Pariwisata Pemkab Karangasem menyampaikan, selain festival Pesona TSO sebelumnya juga digelar festival Taman Tirtagangga, serta Festival Pesona Tulamben, Festival Tenganan Pageringsingan. Dinas Pertanian Karangasem menggelar festival subak di Desa Bugbug, September lalu.
Festival Tirtagangga dan festival Pesona TSO rutin digelar. Festival Pesona TSO tahun depan digelar tepat pada HUT ke 98 TSO yakni 17 September 2019. ‘’Ini kalender kerja atau program rutin kami, dan itu pasti digelar,’’ katanya.
Tujuan festival itu, selain mengangkat taman peninggalan kerajaan Karangasem juga mendorong dan melestarikan seni dan kebudayaan, termasuk bagaimana membangkitkan potensi berkesenian di kalangan generasi muad itu. Karena itu, pada awal kegiatan festival TSO itu dimulai dengan lomba mewarnai gambar untuk anak TK/PAUD, pagelaran berbagai seni tari, musik dengan gamelan selonding.
Pada hari kedua digelar workshop membuat keterampilan dari sampah plastik menjadi barang hiasan atau barang lainnya yang berguna bekerjasama dengan Trash Hero Candidasa. Pada festival itu juga diundang berpameran dari kalangan LSM peduli kebersihan lingkungan, serta perajin UMKM dari kalangan penenun, perajin anyaman dan produksi makanan ringan usaha popcorn Seraya.
Sementara terkait memeriahkan HUT ke 97 TSO– di mana taman di atas air itu dibangun mulai tahun 1919 oleh Raja Terakhir Karangasem AAAA Ketut Karangasem, dan selesai serta diresmikan pada 1921– kata Manajer Operasional TSO Ir. Ida Made Alit, digelar berbagai kegiatan intern yakni lomba-lomba bersifat kekeluargaan di kalangan karyawan pengelola TSO.
Kadis Pariwisata Astika menambahkan, di Karangasem sebenarnya banyak peninggalan zaman kerajaan Karangasem, berupa taman. Selain Taman Tirtagangga dan TSO, juga ada Taman Sutasrengga yang artinya sejuta keindahan. Taman Soekasada diperkirakan memiliki makna taman yang memberikan kebahagiaan.
‘’Kalau semua taman itu bisa direkonstruksi dan direvitalisasi, akan sangat bagus, dan potensi daya tarik yang dimiliki Karangasem akan makin banyak dan spektakuler,’’ paparnya.
Dalam rangka memulihkan kunjungan wisatawan ke Karangasem pasca gejolak dan erupsi Gunung Agung, selain menggelar berbagai festival, pihaknya dari Dinas Pariwisata juga memanfaatkan berbagai media untuk memperkenalkan dan promosi. Termasuk dengan bantuan kementerian pariwisata, didatangkan influenser dari kalangan artis dan duta wisata di antaranya para Putri Indonesia. ’’Kami juga memanfaatkan digital marketing untuk memasarkan dan promosi objek-objek wisata di Karangasem,’’ katanya.
Festival Pesona TSO itu cukup menarik perhatian pengunjung termasuk Wisman yang kebetulan berwisata ke sana, meski penyelenggaraan festival itu singkat hanya dua hari. Astika mengaku yakin, target kunjungan wisatawan ke Karangasem tahun ini bakal tercapai di mana, sampai September lalu, kunjungan wisatawan nusantara sudah mencapai 72.600 orang dan Wisman tercatat sebanyak 500.000 orang.
Di lain pihak, Prof. Pitana mengatakan pihaknya mendukung berbagai festival yang sudah digelar dan bakal direncanakan rutin di gelar tahun berikutnya oleh Pemkab Karangasem. Cuma, festival itu harus terjadual, jadualnya tepat dan dilakukan promosi jauh sebelumnya, sehingga kian banyak orang mengetahuinya. Kualitasnya juga harus ditingkatkan dan diundang kalangan praktisi pariwisata seperti kalangan biro perjalanan wisata, sehingga bisa dijual dalam paket-paket wisata. (bud)