Rupiah Melemah, Harga Manggis Lokal justru Membungbung

302
SIAP EKSPOR - Proses pembersihan dan pengepakan manggis untuk siap ekspor.

Tabanan (Bisnis Bali) – Harga manggis sejumlah petani di Bali makin mahal, bahkan menembus Rp45 ribu per kg atau naik dari Rp15 ribu per kg dari harga sebelumnya. Kondisi tersebut terjadi seiring pelemahan rupiah yang membuat buah dengan daging berwana putih bercita rasa manis tersebut tengah jadi primadona di pasar ekspor, khususnya Tiongkok.

Salah seorang eksportir manggis sekaligus pengelola usaha PT., Radja Manggis Sejati, Jero Putu Tesan, di Desa Padangan, Kecamatan Pupuan Tabanan, Rabu (17/11) mengungkapkan, sekarang ini harga manggis cukup menggembirakan. Sebab itu, volume ekspor manggis dengan tujuan Tiongkok akan makin digenjot. Sejak dibukanya kembali keran ekspor langsung oleh Tiongkok untuk manggis dan diawali dengan melakukan ekspor pada 7 September 2018 lalu hingga saat ini, total volume ekspor manggis dari Bali ke negara Tirai Bambu tersebut sudah mencapai 800 ton.

“Dari jumlah tersebut, memang produksi manggis dari Bali masih kecil, yakni hanya menyumbang 10 persen dan sisanya merupakan produksi manggis dari Jawa yang dikirim melalui Bali,” tuturnya.

Dipilihnya Bali sebagai jalur pengiriman manggis ke Tiongkok oleh produksi manggis dari Jawa ini, karena jumlah penerbangan ke luar negeri dari Bali banyak. Selain itu, akuinya sesuai dengan syarat ekspor yang diajukan oleh Tiongkok, bahwa produk manggis untuk bisa masuk ke negara tersebut harus dikirim dari gudang yang sudah mengantongi resgitrasi. Salah satunya, PT., Radja Manggis Sejati.

Di sisi lain jelasnya yang juga Ketua Asosiasi Manggis indonesia, seiring dengan momen pelemahan rupiah telah membuat harga manggis di dalam negeri yang tahun lalu berada dikisaran Rp 15 ribu per kg, sekarang mencuat mencapai Rp 25 ribu-Rp 45 ribu per kg, sedangkan di pasar Tiongkok tembus mencapai 3-4 dolar per kg. Akuinya, itu karena permintaan pasar ekspor cukup tinggi, dan kondisi tersebut akan sangat membantu petani manggis dalam menghadapi puncak panen raya yang akan terjadi pada Maret mendatang.

“Kami targetkan volume ekspor manggis produksi Bali ini bisa terus ditingkatkan. Optimis, bahkan jumlah total volume ekspor manggis hingga akhir tahun nanti bisa melebihi 9.000 ton, dan awal tahun hingga Maret pasokan manggis untuk ekspor bisa dipenuhi dengan volume mencapi 2.000-3.000 ton nantinya,” ujarnya.

Sementara itu, keoptimisan dalam upaya menggenjot volume ekspor juga dilakukan karena didukung oleh kebijakan baru dari pihak Karantina. Akuinya, kebijakan terbaru tersebut menyangkut penunjukan petugas Akuisi (petugas kontrol) ditempatkan di masing packing house atau gudang untuk melakukan pengecekan terhadap manggis yang akan diekspor agar terbebas dari kotoran maupun serangga (semut).

“Penunjukan petugas Akuisi ini merupakan inisiatip pihak Karantina Denpasar dan Karantina pusat pada 4 September 2018 lalu. Petugas Akuisi bertanggung jawab langsung kepada Karantina, dan apa bila masih ditemukan kotoran pada manggis siap ekspor ini setelah melewati pengecekan petugas Akuisi ini, maka petugas itu akan dikenakan sangsi,” tandasnya. (man)