Mangupura (Bisnis Bali) – Pertumbuhan sektor keuangan ke depannya masih perlu memperhatikan kondisi ekonomi global. Adanya pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018 di Bali tentu berdampak positif terhadap dunia ekonomi dan investasi tetapi jangka panjang masih sangat bergantung seberapa responsif pelaku-pelaku ekonomi dalam upaya mengantisipasi gejolak ekonomi global dan regional.
Pemerhati ekonomo Nyoman Sender di Jimbaran, Minggu (14/10) kemarin mengatakan, tidak bisa terelakan untuk jangka menengah panjang akan sangat bergantung pada perkembangan ekonomi global, regional dan nasional.
“Jika ekonomi Amerika Serikat (AS) bertumbuh terus dan perang dagang kedua negara Tiongkok-AS tidak berlanjut, faktor eksternal yang positif ini akan berdampak positif untu ekonomi nasional,” katanya.
Itu berarti sektor keuangan dan ekonomi dalam negeri akan tumbuh karena ada potensi meningkatkan ekspor Indonesia. Sementara dari sisi jangka pendek, kata dia, memang kedatangan peserta dan delegasi yang lebih dari 15 ribu sudah tentu punya dampak langsung berupa pendapatan sektor pariwisata seperti hotel, restoran, transportasi, travel dan semua sarana penunjangnya akan panen raya. Bagi Pemda nantinya berdampak langsung pada penerimaan PAD-nya.
Sementara itu dinamika perekonomian global, khususnya normalisasi kebijakan ekonomi negara maju, turut membawa dampak pada negara berkembang, termasuk Indonesia. Untuk itu, bank sentral di berbagai negara perlu melakukan respons kebijakan yang tepat dengan saling berkoordinasi, komunikasi, dan kerja sama.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo di Central Banking Forum 2018 menjelaskan mengenai bagaimana Indonesia menyikapi kebijakan bank sentral AS dan kondisi ekonomi global. Saat ini, ekonomi Indonesia masih stabil dan berdaya tahan, antara lain tercermin dari pertumbuhan dan inflasi yang baik, serta stabilitas sistem keuangan yang terjaga. Namun, dengan ekonomi domestik yang terjaga Indonesia tetap harus memperhatikan pengaruh ekonomi global.
“Untuk itu, skenario kebijakan yang dilakukan BI adalah memastikan daya saing pasar keuangan Indonesia agar tetap menarik, dan agar defisit transaksi berjalan tetap terjaga,” katanya.
BI juga selalu hadir di pasar untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Pendalaman pasar keuangan juga terus dipercepat, agar pasar keuangan Indonesia semakin prospektif. Dalam usaha menjaga ekonomi Indonesia, diakui BI tidak sendiri. Seluruh usaha tersebut dilakukan bekerja sama dengan instansi terkait, baik Pemerintah, OJK, maupun lembaga lainnya.
Gubernur BI juga menyatakan bahwa komunitas internasional dapat saling membantu. Komunikasi yang baik dan jelas, termasuk dari AS, merupakan salah satu faktor kunci mengurangi ketidakpastian. Negara-negara ekonomi maju juga perlu senantiasa memahami dampak yang mungkin ditimbulkan kebijakannya bagi ekonomi global.
“Untuk itu, melalui forum di ajang IMF ini mengangkat mengenai kebijakan bank sentral menghadapi ketidakpastian global serta mengenai keamanan dan risiko siber bagi bank sentral saat ini,” terangnya.
Forum seperti ini diharapkan dapat membantu sinkronisasi kebijakan ekonomi internasional, yang akan menguntungkan baik bagi AS dan negara maju lainnya, maupun bagi negara berkembang. (dik)