Ekspor Bali Diprediksi kembali Cerah

250

PADA penghujung tahun ini Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Bali memprediksi nilai ekpor Bali akan kembali cerah, seiring dengan tren penguatan Dolar AS yang disambut suka cita eksportir Bali karena dipandang memberi keuntungan lebih.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) Bali mencatat nilai ekspor barang Provinsi Bali yang dikirim lewat beberapa pelabuhan di Indonesia hanya mencapai 44.139.764 dolar AS pada Agustus 2018. Angka ini mengalami penurunan 4,93 persen dibandingkan nilai ekspor Juli 2018 (m-to-m) yang mencapai 46.427.685 dolar AS.

Menurut negara tujuan ekspornya, penurunan nilai ekspor dari bulan sebelumnya (m-to-m), dominan dipengaruhi oleh menurunnya nilai ekspor tujuan Amerika Serikat 2.600.757 dolar AS atau turun 18,02 persen. Secara absolut, turunnya ekspor ke Amerika Serikat didominasi oleh komoditas ikan dan udang (terutama ikan tuna dan cakalang) yang mencapai 1.509.020 dolar AS. Selain tujuan Amerika Serikat, ekspor tujuan Hongkong juga mengalami penurunan 19,10 persen, atau secara absolut 524.008 dolar AS. Komoditas utama yang mempengaruhi penurunan ekspor ke negara tersebut antara lain barang-barang dari kulit mencapai 57,03 persen dan barang-barang rajutan mencapai 33,55 persen.

Ekspor tujuan Thailand dan Belanda turut memberikan andil terhadap penurunan nilai ekspor.  Ekspor tujuan Thailand turun 8,69 persen yang didominasi oleh produk mesin dan peralatan listrik. Sedangkan ekspor tujuan Belanda mengalami penurunan 0,35 persen yang didominasi oleh produk kayu dan barang dari kayu.

Jelas Kepala BPS Bali, Adi Nugroho jika dilihat menurut jenis komoditasnya, penurunan nilai ekspor secara month to month (m-to-m) dominan dipengaruhi oleh turunnya nilai ekspor produk minyak atsiri, kosmetik, dan wangi-wangian 392.471 dolar AS. Penurunan ekspor produk ini utamanya didominasi oleh turunnya ekspor tujuan Amerika Serikat yang tercatat 396.828 dolar AS. Selain itu, produk mesin dan perlengkapan mekanik juga tercatat mengalami penurunan 387.595 dolar AS.

Agustus 2018 pangsa ekspor Bali ini ditujukan ke Amerika Serikat mencapai 26,81 persen, Australia 8,47 persen, Jepang 7,48 persen, Singapura 7,79 persen, Tiongkok 6,57 persen, Hongkong 5,03 persen, Jerman 3,60 persen, Thailand 2,65 persen, Taiwan 2,46 persen, Belanda 2,11 persen, dan mencapai 26,66 persen diekspor ke negara lainnya. Nilai ekspor tujuan Taiwan mengalami peningkatan hingga ratusan persen. Peningkatan ekspor tersebut dominan dipengaruhi oleh meningkatnya ekspor produk ikan dan udang terutama jenis  ikan  cumi-cumi  dan  sotong  serta  ikan  beku.

“Ekspor  tujuan  Jerman  juga  turut  mengalami peningkatan 30,39  persen  yang  didominasi  oleh  produk  kopi,  teh,  rempah-rempah  berupa vanila yang  ditumbuk,” tuturnya.

Agustus 2018, sepuluh  komoditas  utama  yang  diekspor,  yaitu  produk  ikan  dan udang  26,53  persen,  produk  perhiasan atau permata  14,06  persen,  produk  pakaian  jadi  bukan  rajutan 11,19 persen,  produk  kayu,  barang  dari  kayu 10,04 persen, produk perabot,  penerangan rumah 7,51  persen, produk  barang-barang rajutan 3,47 persen, produk barang-barang dari kulit 2,23 persen, produk  benda-benda  dari  batu,  gips,  dan  semen 2,02 persen,  produk  jerami  dan  bahan anyaman 1,89  persen, produk  kertas  karton 1,87  persen dan  produk  lainnya  mencapai 19,19 persen.  Dari  sepuluh  komoditas  utama  ekspor,  bila  dibandingkan  bulan  Juli  2018  (m-to-m),  enam jenis  komoditas tercatat  mengalami  penurunan  dengan  persentase  penurunan  tertinggi 24,45 persen untuk produk barang-barang dari kulit yang penurunannya dominan ke Hongkong.

“Selain  produk  tersebut,  sejumlah produk yang mengalami penurunan adalah kertas atau karton  juga  mengalami  penurunan  hingga 7,97  persen, didominasi oleh turunnya ekspor ke  Kanada. Hal sama juga terjadi pada jerami dan bahan anyaman16,32 persen, produk  perabot  dan  penerangan  rumah 7,00 persen, produk barang-barang rajutan 4,79 persen, dan produk  pakaian jadi bukan rajutan 3,90  persen,” paparnya.

Di sisi lain, kumulatif ekspor barang asal Provinsi Bali pada periode  Januari – Agustus 2018 tercatat mencapai 376.509.030 dolar AS, atau mengalami peningkatan 7,31 persen dibandingkan dengan keadaan pada periode yang sama tahun sebelumnya (y-on-y) yang mencapai 350.849.748 dolar AS. Menurut pangsa pasar ekspor barang asal Provinsi Bali pada 2018, sebagian besar diekspor ke negara Amerika Serikat 27,80 persen, Australia 7,75 persen, Singapura 7,49 persen, Jepang 7,21 persen, Tiongkok 6,35 persen, Hongkong 5,66 persen, Perancis 3,53 persen, Jerman 2,85 persen, Spanyol 2,75 persen, Thailand 2,45 persen, dan 26,16 persen pangsa ekspor di luar sepuluh negara utama.

Sementara itu, Ketua Kadin Bali, AA., Ngurah Alit Wiraputra mengungkapkan, seiring pelemahan rupiah terhadap dolar AS memang berdampak pada penurunan nilai ekspor Bali beberapa bulan terakhir. Namun menurutnya, penurunan nilai ekspor ini nampaknya akan kembali mengalami penguatan pada bulan mendatang. Itu bercermin dari kesepakatan kerjasama perdagangan ekspor untuk sejumlah produk dari Bali pada bulan ini. Diantaranya,  garmen, kerajinan, perhisan perak dan emas.

“Mulai bulan ini nampaknya ekspor dari Bali akan mengalami lonjakan kembali, bahkan peningkatannya mencapai di atas 10 persen dari bulan sebelumnya. Tujuannya, ada ekspor ke  Eropa, dan Arab Saudi,” tandasnya.

Menurutnya, di tengah pelemahan rupiah terhadap dolar AS, nampaknya baru sekarang ini memberi dampak menguntungkan bagi sejumlah eksportir Bali setelah sebelumnya mengalami tren penurunan. Prediksinya, kembali melonjaknya ekspor Bali ini ada kemungkinan buyer (importir) baru melakukan pemesanan pada akhir tahun ini. Di sisi lain, ada kemungkinan juga dampak pelemahan rupiah yang membuat eksportir harus menghitung ulang kembali harga jual produk kepasar ekspor, sehingga itu juga membuat ada negosiasi harga yang mungkin baru disetujui antar dua belah pihak pada saat ini.

“Bercermin dari itu, tren peningkatan ekspor dari Bali kemungkinan akan kembali terjadi di bulan mendatang. Sebab, penyuasaian harga untuk komoditi ekspor sudah mulai terjadi,” tegasnya. (man)