Pembuat Kebijakan Moneter dan Fiskal Dunia Diminta Atasi Perang Dagang

404

Mangupura (Bisnis Bali) – Dalam beberapa dekade terakhir negara ekonomi maju telah mendorong negara berkembang untuk membuka diri serta ikut dalam Perdagangan Bebas dan Keuangan Terbuka. Globalisasi dan keterbukaan ekonomi internasional ini telah memberikan banyak keuntungan baik bagi negara maju maupun negara berkembang.

Berkat kepedulian dan bantuan negara ekonomi maju, negara-negara berkembang mampu memberikan kontribusi besar bagi pertumbuhan ekonomi dunia. Demikian disampaikan Presiden RI Joko Widodo pada Opening Plenary Pertemuan Tahunan IMF-World Bank di BNDCC Nusa Dua, Jumat (12/10) yang dihadiri para petinggi IMF, World Bank dan beberapa Kepala Negara.

Joko Widodo mengatakan, sepuluh tahun yang lalu terjadi krisis finansial global. Berkat langkah-langkah kebijakan moneter dan fiskal yang luar biasa, yang membutuhkan keberanian politik yang besar dari para pembuat kebijakan telah menyelamatkan dunia dari depresi global yang pada waktu itu sudah di depan mata.

Setelah 10 tahun berlalu kita tetap harus waspada terhadap meningkatnya risiko dan kesiapsiagaan dalam mengalami ketidakpastian global. Seperti yang disampaikan Direktur Pengelola IMF Christine Lagarde, terdapat banyak masalah yang membayangi perekonomian dunia. Amerika Serikat menikmati pertumbuhan yang pesat namun di banyak negara terdapat pertumbuhan yang lemah atau tidak stabil. Perang dagang semakin marak dan inovasi teknologi mengakibatkan banyak industri terguncang. Negara-negara yang tengah tumbuh juga sedang mengalami tekanan pasar yang besar.

“Dengan banyaknya masalah perekonomian dunia, sudah cukup bagi kita untuk mengatakan bahwa Winter is Coming,” sebut Joko Widodo yang disambut tepuk tangan ribuan delegasi Pertemuan IMF-World Bank dari 189 negara.

Namun akhir-akhir ini, hubungan antar negara-negara ekonomi maju semakin lama semakin terlihat seperti “Game of Thrones”. Balance of Power dan aliansi antar negara-negara ekonomi maju sepertinya tengah mengalami keretakan. Lemahnya kerjasama dan koordinasi telah mengakibatkan terjadinya banyak masalah seperti peningkatan drastis harga minyak mentah dan kekacauan di pasar mata uang yang dialami negara-negara berkembang.

Di sisi lain, kepala negara mengatakan, saat ini kita sedang menghadapi ancaman global yang tengah meningkat pesat. Dalam “Panel Antar-Negara terkait Perubahan Iklim” atau IPCC Sekretaris Jenderal PBB Guterres mengingatkan waktunya sudah sangat mendesak untuk bertindak dalam skala besar-besaran guna mencegah kehancuran dunia akibat perubahan iklim global yang tak terkendali.

Perlu segera meningkatkan investasi tahunan secara global sebesar 400 persen untuk energi terbarukan. Semua ini harus dikerjakan secara bersama. Jokowi berharap kepada para pembuat kebijakan moneter dan fiskal dunia untuk menjaga komitmen kerjasama global serta mendorong para pemimpin dunia untuk menyikapi keadaan ini secara tepat. Diperlukan kebijakan moneter dan kebijakan fiskal yang mampu menyangga dampak dari Perang Dagang, Disrupsi Teknologi, dan ketidakpastian pasar.

“Saya harap Pertemuan Tahunan kali ini berlangsung produktif. Anda semua mampu menyerap tenaga dan memetik inspirasi indahnya alam Bali dan Indonesia untuk menghasilkan kejernihan hati dan pikiran dalam memperbaiki kondisi finansial global untuk kebaikan bersama,” tutup Joko Widodo. (dar)