Tabanan (Bisnis Bali) – Sejumlah petani di Desa Gubug, Kabupaten Tabanan terpaksa menunda waktu tanam padi sekarang ini. Minimnya debit air sebagai penunjang budi daya, diperparah lagi adanya penyedotan sumber air untuk kebutuhan di luar pertanian membuat waktu tanam terpaksa ditunda yang seharusnya dimulai pada September dan Oktober ini.
Prebekel Desa Gubug yang juga sebagai Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Tabanan, I Nengah Mawan, Kamis (27/9) mengungkapkan, sekarang ini kondisi debit air yang dimanfaatkan petani untuk mengaliri sawah mengecil dari biasanya. Dampaknya, petani yang berencana melakukan tanam padi pada September dan Oktober ini, mau tidak mau harus menunda tanam padi untuk menghindari kerugian.
“Setelah melakukan panen padi pada Maret dan April lalu, petani di Desa Gubug ini melanjutkan dengan tanam palawija. Pascapanen palawija, September dan Oktober ini rencananya mereka (petani) akan kembali tanam padi, namun sayangnya debit air tidak menudukung sekarang ini,” tuturnya.
Tunda tanam padi ini terjadi di hampir luasan 400 hektar di tiga subak. Yakni, Subak Gubug I, Subak Gubug II, dan Subak Sakeh.
“Kemunduran jadwal tanam ini memang sebagai dampak dari musim kemarau yang terjadi sekarang ini. Kondisi itu ditambah lagi dengan dugaan penyadapan air oleh PDAM Tabanan,” keluhnya.
Terkait penyadapan air, pada tahun sebelumnya sudah sempat dilakukan mediasi antara subak, pemerintah Kabupaten Tabanan dan PDAM. Dari mediasi tersebut menghasilkan kesepakatan, agar kendala pengairan sawah tak kembali lagi terjadi, diputuskan membuat sumur bor oleh PDAM dan tidak lagi menyadap air di sana.
Tampaknya, hingga saat ini hasil kesepakatan tersebut belum terealisasi, sehingga hal sama kembali terulang tahun ini. (man)