Dibayangi Flukstuasi Harga Emas, LKBB mampu Kantongi Profit

218

Tabanan (Bisnis Bali) – Di tengah bayang-bayang fluktuasi harga emas belakangan ini, tak jadi sandungan bagi sejumlah Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) di Kabupaten Tabanan untuk bisa mengantongi profit. Pencapaian tersebut juga dibarengi dengan terkendalinya kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) di level 0 persen.

“Fluktuasi harga emas, kondisi kelesuan ekonomi hingga pelemahan nikai tukar rupiah belakangan ini, memang berdampak pada semua lini usaha. Termasuk kami juga merasakan, namun untungnya kondisi itu tidak signifikan. Tercermin dari tercapainya sejumlah target bisnis tahunan, per 31 Agustus lalu,” tutur Kepala Cabang Pegadaian Tabanan, Gusti Nyoman Arka, di Tabanan, Senin (24/9).

Selama ini harga emas dunia memang cendrung berfluktuatif. Kondisi itu juga berdampak pada nilai taksiran harga yang diberlakukan di pegadaian. Salah satunya tercermin dari harga taksiran yang minggu lalu sempat turun ke level Rp 530.000 per gram, kini sudah naik kembali di level Rp 532.500 per gram.

Dari kondisi fluktuasi harga emas, ditambah kondisi ekonomi saat ini, belum berdampak signifikan pada pencapaian target bisnis yang telah ditetapkan pada awal tahun lalu. Bila dilihat secara rata-rata dari target di antaranya omzet dan OSL masih sekitar 95 persen, namun dari sisi profit bisnis sudah tecapai melebihi dari target. Yakni, 111 persen dari capaian Januari hingga 31 Agustus lalu.

“Pencapaian profit ini disumbang oleh Kredit Cepat Aman (KCA) yang merupakan produk andalan pegadaian selama ini. Sebab, layanan tersebut cepat dan mudah untuk diakses oleh masyarakat hingga kini,” ujarnya.

Tahun ini, Pegadaian Cabang Tabanan menargetkan pendapatan profit Rp26 miliar, dan laba Rp18 miliar. Pencapaian profit ini akan terus meningkat, mengingat masih adanya hari raya besar (Natal) dan momen Tahun Baru yang akan mendongkrak permintaan layanan KCA.

Pencapaian profit yang melebihi target ini juga dibarengi terkendalinya NPL di level 0 persen. Itu terjadi karena berbagai kemudahan yang diberikan ke nasabah melalui sejumlah mekanisme pembayaran, dan intensitas atau tatap muka dengan nasabah yang sering dilakukan sehingga membuat debitur sadar akan kewajiban membayar kredit atau bunga. (man)