Gianyar (Bisnis Bali) – Pengaruh gejolak ekonomi global berimbas pada sektor usaha yang memilih menunda pengembangan usaha. Ketua DPK Perbarindo Gianyar, Made Suarja Rabu (19/9) menilai, melihat kondisi global berdampak pada penurunan nilai rupiah nasabah bank perkreditan rakyat (BPR) lebih banyak menempatkan dana di BPR.
Akibat pengaruh gejolak ekonomi berpengaruh pada ekonomi secara global. Ini terlihat dari melemahnya nilai rupiah dibandingkan nilai dollar AS yang sempat menyentuh Rp15.000 per dolar AS.
Selain pengaruh gejolak ekonomi global, sektor usaha di Indonesia dan Gianyar masih dihadapkan kondisi perlambatan ekonomi. Ini terlihat dari tingkat kredit bermasalah atau NPL di BPR sampai menyentuh 8 persen.
“Ini sudah berada diatas batas aman NPL perbankan yang maksimal 5 persen,” ucap Direktur BPR Udary.
NPL BPR sentuh 8 persen mengartikan kondisi ekonomi belum pulih. Kondisi berbagai sektor ekonomi belum semuanya pulih. Ini terutama sektor properti sebagai penyumbang kontribusi terbesar NPL sektor perbankan khususnya BPR.
Ekonomi melambat menyebabkan daya beli masyarakat menurun. Ini bukan berarti masyarakat dan sektor usaha tidak memiliki uang. Sebaliknya, masyarakat banyak memiliki uang tapi tak dibelanjakan. Ini bisa dibuktikan banyaknya dana idle di BPR.
Ia melihat ketika terjadi gejolak ekonomi global banyak masyarakat menempatkan dana pihak ketiga (DPK) di BPR. Made Suarja menambahkan ketika dana idle tinggi menunjukan masyarakat memilih tak melakukan perluasan usaha saat terjadi gejolak ekonomi. Masyarakat dan sektor usaha terlihat menunggu perkembangan ekonomi sehingga lebih sementara menempatkan dananya di BPR. (kup)