Denpasar (Bisnis Bali) – Kinerja bank lokal di daerah diyakini tetap membaik kendati dibayangi pelemahan rupiah dan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia. Meski dibayangi meningkatkan kredit bermasalah, bank lokal optimis mengalami pertumbuhan.
Pemerhati perbankan, Kusumayani, M.M. dan Prof. Sri Darma di Sanur menilai, kinerja bank lokal Bali memiliki potensi tumbuh mengingat dukungan pariwisata yang secara tak langsung membawa pengaruh pada kondisi ekonomi dan pertumbuhan kredit bank. Bank lokal lebih memiliki kedekatan dengan masyarakat karena dianggap lebih prokepada masyarakat lokal dan sumber dana yang dihimpun untuk kepentingan daerah.
“Ini yang melatari adanya keoptimisan bank lokal dapat tumbuh dengan baik di tengah kondisi saat ini,” kata Kusumayani.
Ia tak memungkiri, di tengah kondisi ekonomi global yang melambat dan berpengaruh pada kondisi ekonomi dalam negeri, banyak prediksi terkait industri perbankan. Industri perbankan akan masih mengalami likuiditas yang ketat, penghimpunan dana pihak ketiga akan berat, penyaluran kredit akan terganggu dan lebih hati-hati, kredit bermasalah akan meningkat dan lainnya.
Itu tidak bisa dihindari karena rupiah mengalami fluktuasi dan sempat terdepresiasi ke Rp 15.000 per dolar AS. Kendati demikian, ia meyakini sepanjang 2018 ini, bank lokal mengalami pertumbuhan yang baik, termasuk dari aset, pengucuran kredit dan kinerja lainnya. NPL tidak akan sampai menyentuh 3 persen atau terburuk level bermasalah atau hingga 5 persen.
“Kini kami hanya berharap membaiknya kinerja bank lokal, harus tetap mempertahankan pelayanannya,” harapnya.
Sri Darma mengatakan hal sama. Ia juga berharap bank lokal terus menggiatkan pengucuran kredit dengan suku bunga ringan kepada pelaku usaha kecil dan mikro. Ini sebagai upaya untuk mendorong UMKM agar tetap tumbuh di saat perekonomian sedang melemah. UMKM terbukti sebagai penggerak perekonomian daerah. (dik)