Denpasar (Bisnis Bali) – Bank berupaya menjaga konsistensi mendukung program-program strategis pemerintah untuk mengatasi pertumbuhan ekonomi dan mendorong pemerataan pembangunan. Dukungan bank tersebut melalui penyaluran kredit infrastruktur.
“Untuk kredit infrastruktur hingga akhir Juni 2018 total yang sudah tersalurkan telah mencapai Rp165,8 triliun atau 65 persen dari total komitmen yang diberikan yaitu Rp255,3 triliun,” kata RCEO Region XI Bank Mandiri Rully Setiawan.
Kredit tersebut disalurkan kepada lebih dari tujuh sektor yakni transportasi mencapai Rp39,3 triliun, tenaga listrik Rp36,8 triliun, migas dan energi terbarukan Rp24,1 triliun, konstruksi Rp18,3 triliun, jalan Rp10,6 triliun, perumahan rakyat dan fasilitas kota Rp9,5 triliun, telematika Rp17,5 triliun dan infrastruktur lainnya Rp9,6 triliun.
“Kami berupaya untuk terus agresif dalam menangkap peluang bisnis yang ada di pasar dengan memanfaatkan kekuatan produk dan layanan keuangan Mandiri group,” ujarnya.
Di samping itu, pihaknya juga konsisten dalam melakukan efisiensi biaya dan optimalisasi recovery kredit bermasalah agar tetap dapat membentuk profitabilitas dan memberi keuntungan kepada pemegang saham. Bisnis bank diakui juga senantiasa berorientasi pada penciptaan nilai tambah.
Hal ini terlihat dari komposisi portofolio kredit di mana 78,2 persen bersifat produktif dan hanya 21,8 yang bersifat konsumtif. Penyaluran kredit investasi bank hingga Juni 2018 mencapai Rp206,4 triliun atau tumbuh 7,2 persen secara year on year, sedangkan kredit modal kerja naik 9,8 persen menjadi Rp318,5 triliun.
Bentuk dukungan lain bank BUMN ini juga terlihat pada penyaluran kredit usaha rakyat yang mencapai Rp8,27 triliun hingga Juni 2018 atau telah mencapai 56,8 persen dari target Rp14,56 triliun tahun ini. Adapun 40,3 persen dari nilai tersebut atau Rp3,33 triliun sudah disalurkan kepada sektor produktif yakni pertanian, perkebunan, industri pengolahan dan jasa produksi.
Diakui, sejak pertama kali disalurkan hingga Juni 2018 telah menyalurkan KUR Rp 56, 6 triliun kepada lebih dari satu juta debitur yang tersebar di seluruh Indonesia. Uuntuk merealisasikan peran sebagai Agent of Development bank juga terlibat aktif dalam penyaluran program bantuan sosial nasional.
Di samping itu, bank terus berupaya untuk mendorong pertumbuhan dengan memperkuat struktur pendanaan melalui peningkatan dana murah menjaga pertumbuhan biaya operasional serta penyaluran kredit yang lebih prudent baik di segmen Wholesale dan retail.
“Pada triwulan II 2018 dana murah bank mencapai Rp519 triliun dengan rasio dana murah terhadap total DPK tercatat 64,60 persen. Nilai tersebut meningkat 2 basis poin dibandingkan periode yang sama tahun lalu,” jelasnya.
Pertumbuhan itu ditopang oleh peningkatan tabungan Rp259 triliun menjadi Rp332,1 triliun dan kenaikan giro 2,7 triliun menjadi 186 7 triliun sedangkan biaya dana nonkonsolidasi pada triwulan II 2018 juga berhasil diturunkan menjadi 2,63 persen dari triwulan II 2017 yang mencapai 2,93 persen. (dik)