Mangupura (Bisnis Bali) – Suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) diprediksi mengalami kenaikan kembali hingga menyentuh 3,25 persen tahun mendatang, sementara saat ini masih 2 persen. Kendati demikian, bank diharapkan tetap mampu meningkatkan penyaluran kredit.
“Rencana kenaikan suku bunga acuan The Fed ini diprediksi akan mempengaruhi kenaikan bunga acuan Bank Indonesia. Bank pun kami harapkan selain pintar mencari dana murah juga bisa meningkatkan penyaluran kredit,” kata pemerhati perbankan Kusumayani, M.M. di Nusa Dua disinggung kenaikan bunga The Fed, Jumat (14/9).
Menurutnya, pemerintah sudah siap terkait rencana The Fed yang akan menaikkan suku bunga acuan yang diprediksi sampai empat kali. Itu terlihat dari kenaikan BI 7 day repo rate yang kini menjadi 5,5 persen. Kenaikan suku bunga ini tak dipungkiri akan mempengaruhi pertumbuhan dana pihak ketiga perbankan dan kredit, termasuk rasio kredit bermasalah atau nonperforming loan (NPL)
“Era suku bunga tinggi masih terjadi sehingga bank dituntut jeli dalam meningkatkan kinerja dengan meningkatkan efisiensi dan tata kelola agar bisa menghasilkan keuntungan,” ujarnya.
Keuntungan bank tentu bisa diperoleh dari penyaluran kredit. Perbankan harus terus berupaya mempertahankan kinerjanya, khususnya pada penyaluran kreditnya. Kondisi perbankan saat ini, diakui sudah membaik meski suku bunga belum juga turun. Ini berarti industri perbankan masih mampu menunjukkan kinerjanya.
Pertumbuhan penyaluran kredit perbankan terjaga agar tetap dalam bergerak positif sesuai rencana bisnis bank yang telah ditetapkan. Jangan sampai, pertumbuhan penyaluran kredit mengalami kemunduran atau stagnan. Untuk itu, pengelola bank harus melakukan berbagai terobosan untuk menjaga pertumbuhan penyaluran kredit.
“Sudah saatnya perbankan untuk dapat memperbaiki pertumbuhan penyaluran kreditnya dibandingkan tahun lalu. Tahun ini rata-rata bank menargetkan pertumbuhan kredit 12 persen,” nilainya.
Sistem kehati-hatian perbankan dalam menyalurkan kredit harus lebih dimantapkan tanpa meninggalkan sektor UMKM sebagai sektor yang perlu mendapat perhatian bank. (dik)