SPA sesungguhnya perawatan tradisional yang menggunakan air sebagai medianya. Spa berasal bahasa Latin ‘salus per aquam’ yang artinya sehat melalui air. Ada juga yang menyebutkan spa merupakan nama sebuah kota di Belgia yang memiliki pemandian air panas.
Tempat ini kerap digunakan bangsawan Romawi ketika ingin terapi relaksasi menggunakan air, biasanya dilakukan untuk memanjakan diri setelah perjalanan jauh. Nama spa kemudian berkembang ke seluruh Eropa, dan kini dipakai di seluruh dunia untuk tempat terapi air.
Gaya hidup orang yang tinggal di kota besar biasanya dipadati dengan aktivitas sehingga lebih rentan stres. Stres menjadi persoalan kesehatan yang sering menyerang masyarakat perkotaan. Untuk menghilangkannya dapat dilakukan dengan cara relaksasi.
Di sinilah spa menjadi salah satu alternatif untuk rileksasi agar pikiran kembali segar. Selain itu, spa juga bermaanfaat untuk mengencangkan, menghaluskan, dan memberi nutrisi pada kulit serta melancarkan peredaran darah. Berbagai manfaat yang sesuai dengan gaya hidup metropolitan menyebabkan spa semakin tumbuh dan berkembang di kota-kota besar.
Spa seringkali dianggap sebagai tempat perawatan tubuh berupa pijat atau massage. Padahal pengertian spa sebenarnya adalah tempat dimana orang dapat memperoleh perawatan badan, dari ujung rambut sampai ujung kaki sekaligus mengembalikan kesegaran tubuh setelah berada di posisi yang menegangkan.
Perawatan spa terdiri dari creambath, facial, manicure-pedicure, lulur, scrub, foot spa, dan body treatment.
Aromatherapy massage merupakan elemen penting dalam memberikan relaksasi. Dengan menggunakan campuran minyak khusus yang juga bermanfaat untuk refreshing, penghangatan, melegakan pernafasan dan penenangan diri. Kini spa merupakan paket lengkap dari aroma dan suasana yang menenangkan, pelayanan ramah, serta pemandangan yang menyejukan jiwa.
Di Bali bisnis spa cukup menjamur. Banyak yang terjun ke bisnis ini atau hanya jadi terapis di spa – spa yang owner – nya dari luar Bali. Peluang pasar yang terbuka juga tak lepas dari imbas pariwisata Bali. Itu karena pangsa pasar spa tak hanya orang lokal di perkotaan, namun juga tamu – tamu domestik dan mancanegara yang sedang plesiran atau berbisnis di Bali.
Ketatnya persaingan merebut pasar, tak dipungkiri munculnya persaingan tak sehat. Salah satunya berkembangnya isu layanan spa plus. Jika itu plus – nya bermakna positif tentu tak masalah. Yang mengkhawatirkan layanan plus itu mengarah kepada praktik prostitusi. Jika ini terjadi jelas konsep layanan spa yang sesungguhnya sudah menyimpang.
Tak hanya itu yang esensial adalah bisa menjatuhkan martabat dan citra positif bisnis spa yang berorientasi memberi layanan kesehatan lewat terapi air.
Menyikapi hal ini pihak terkait tentunya penting melakukan sidak – sidak mengembangkan informasi terkait di lapangan. Selain itu indikator penting yang harus dibekali bagi pebisnis spa atau para terapis adalah wajib memiliki sertifikasi kompetensi. Dengan mengantongi legalitas ini, layanan yang diberikan para terapis juga lebih profesional dan teruji. Tak kalah penting adalah menekankan muatan budaya Bali yang berbudi pekerti dan kesopanan dalam layanan. Dengan cara ini spa – spa bodong yang disinyalir menyediakan layanan terlarang tersebut dengan sendirinya akan lenyap karena tak diterima masyarakat.
Lantas bagaimana peluang kerja spa di luar negeri ( LN)? Peluang kerja bagi terapis Bali tak hanya terbuka di dalam negeri juga di LN. Owner Bali Citra Internasional ( BCI), Made Rai Anggreni, S.H., mengungkapkan itu baru – baru ini.
Katanya, peluang kerja spa di LN prospektif karena menjanjikan pendapatan lebih tinggi. Kalau rata – rata pekerja spa di daerah mendapat Rp 3 – Rp 3,5 juta, sementara sebagai terapis di LN bisa memperoleh belasan – maksimum Rp 27 juta per bulan.
Menurutnya, peningkatan kompetensi terapis Bali adalah untuk menjawab tantangan global dimana bisnis spa harus ditegakkan sebagai layanan terapis air untuk mencegah sejumlah penyakit. Jadi bukan untuk layanan terselubung yang berpotensi merusak citra positif layanan spa.
Digandrunginya layanan spa oleh masyarakat dunia, itu karena telah terbukti memanfaatkan metode terapi air untuk mencegah ancaman sejumlah gangguan kesehatan. Terapi air di kaki memanfaatkan sejumlah ramuan herbal pun didahului masage seperlunya bertujuan melancarkan peredaran darah sehingga penyakit migren akibat keras berpikir, hipertensi, jantung, paru – paru, dan lainnya bisa diminimalisir.
Dalam layanan spa tak sebatas itu saja namun terapis juga memiliki peran mengedukasi pengguna jasa bahwa pada dasarnya obat mujarab dari segala jenis penyakit yang bersumber dari otak, yakni selalu berpikir positif, tak memaksakan diri bekerja di luar kemampuan fisik, misalnya kalau usia sudah renta jangan bekerja berat lagi.
BCI sebagai salah satu lembaga pelatihan tenaga spa, telah mencetak ribuan terapis profesional dan kompeten. Ini juga menjawab tantangan persaingan global baik membidik peluang kerja spa di dalam negeri juga LN. Dia optimis kebutuhan pasar akan layanan spa berkualitas akan bisa terpenuhi berkat upaya bersama menguatkan lembaga pelatihan dan uji kompetensi dalam mencetak terapis yang handal, dan prakualifikasi persaingan dunia.
Data BP3TKI Kota Denpasar, jumlah TKI Bali di luar negeri tercatat sebanyak 5.202 orang menurut data Desember 2017. Dari jumlah tersebut, sebanyak 2.919 bekerja di kawasan Eropa, 1.385 bekerja di kawasan Asia Pasifik, 628 di kawasan Amerika, dan 270 orang bekerja di kawasan Afrika. Dilihat dari asal TKI Bali itu, 971 orang (terbanyak) berasal dari Kabupaten Buleleng. Kedua, 677 orang dari Tabanan, ketiga 569 orang, pGianyar 345 orang, Badung 467, Bangli 492, Denpasar 349, Jembrana 416, dan 444 dari Klungkung. Sedangkan yang berasal dari luar Bali namun tercatat di BP3TKI Denpasar, 472 orang.
Pebisnis spa Bali, Wayan Suwarna menambahkan usaha spa menarik karena dibutuhkan setiap waktu. Layanan spa yang nyaman dan beretika diharapkan menguat citra positif bisnis spa yang layak digarap optimal masyarakat Bali. Hal ini penting karena potensi terapis Bali yang besar tak hanya terserap sebagai pekerja saja, namun sebagian besar diharapkan bisa membangun usaha sendiri untuk andil dalam pembangunan ekonomi Bali. (gun)