Dolar Menguat jadi Ancaman Penjualan Suku Cadang

282

Denpasar (Bisnis Bali) – Nilai kurs dolar AS yang tinggi masih menjadi kekhawatiran bagi pelaku usaha penjualan suku cadang dan otomotif.

“Tingginya kurs dolar AS rentan mempengaruhi kondisi ekonomi, daya beli dan harga jual, sehingga masih jadi ancaman bagi penjualan suku cadang yang skala impor,” kata penjual suku cadang kendaraan di Sanur, Gde Dartha.

Untuk beberapa jenis mobil khususnya kelas mewah, tingginya nilai tukar dolar AS sangat terasa pada penjualan suku cadang. Kondisi ini membuat omzet beberapa pedagang tidak tercapai sesuai target.

“Target penjualan cukup terpengaruh, kendati demikian kami mempertahankan penjualan karena pasar masih potensial,” katanya.

Menurutnya pelemahan rupiah penjualan onderdil dan variasi mobil menurun. Beberapa konsumen menahan untuk membeli variasi dan memodifikasi mobil, terutama yang menggunakan variasi impor dari luar negeri karena harganya tergantung kurs dolar.

“Bisa dikatakan mempengaruhi omzet kami, dibanding tahun-tahun sebelumnya di saat rupiah masih normal di kisaran Rp 11 ribu –Rp 12 ribu per dolar AS,” katanya.

Untuk kalangan menengah atas terkadang permintaan barang variasi seperti knalpot, spare part, aksesoris dan lainnya menginginkan merek luar negeri yang branded. Konsumen mengejar kualitas dan gengsi juga.

“Kondisi ini membuat penjualan relatif menurun karena konsumen banyak menunggu kondisi normal,” ujarnya.

Ia berharap menjelang akhir tahun, kembali bergairah tidak lesu seperti sekarang ini, karena untuk performa kendaraan perlu perawatan, servis dan suku cadang yang baik.

Sementara pengelola bengkel mobil di Renon, Anjar mengatakan, ada beberapa jenis mobil yang rentan terpengaruh pelemahan rupiah terhadap dolar AS. Itu terjadi karena bahan baku masih didatangkan dari luar dengan harga dolar. Kini di tengah pelemahan rupiah, ia berharap servis mobil-mobil mewah masih tetap berlaku. (dik)