PASCADIBUKANYA kembali perdagangan langsung ekspor manggis dari Bali ke Tiongkok, menurut Jero Putu Tesan, memberikan harapan baru bagi kalangan petani manggis. Kondisi tersebut akan membuat harga manggis di tingkat petani berpeluang menjanjikan, khususnya pada musim panen mendatang.
“Kami optimis harga jual manggis pada puncak musim panen yang jatuh pada Maret nanti akan menguntungkan petani, khususnya petani manggis di Pupuan, di Kabupaten Tabanan yang merupakan salah satu sentra produksi manggis selama ini,” tutur Jero Putu Tesan yang merupakan petani sekaligus eksportir manggis di Desa Padangan, Kecamatan Pupuan.
Tahun ini produksi manggis di Bali cukup bagus seiring mendukungnya cuaca. Bercermin dari kondisi tersebut akan membuat produksi manggis melimpah dibandingkan tahun sebelumnya. Kecendrungan itu diakuinya, sudah terlihat dari tren harga manggis di pasaran yang stabil.
“Meski puncak panen baru tahun depan, saat ini sudah mulai panen dalam jumlah terbatas dan itu akan terus berlangsung hingga tahun depan,” tuturnya.
Ketua Asosiasi Manggis Indonesia ini menambahkan, pada puncak panen nanti, meski jumlah produksi manggis akan melimpah, prediksi harga manggis tak akan anjlok seperti tahun lalu. Perhitungannya, saat ini jika harga manggis di pasaran dipatok Rp25.000 per kg, saat puncak panen nanti kemungkinan berada di level Rp15.000 per kg.
Harga jual saat puncak musim panen diakuinya memang turun, namun kondisi itu masih cukup baik dan lebih menguntungkan dibandingkan tahun lalu yang merosot tajam hingga Rp5.000 per kg.
“Terkendalinya harga jual manggis ini karena pangsa pasar manggis makin luas. Produk tersebut tidak hanya terserap di pasar dalam negeri, namun dalam volume besar juga terserap oleh pasar ekspor. Khususnya, pasar Tiongkok,” ujarnya.
Sementara itu, nasib petani manggis Bali ini bisa dibilang lebih baik dari petani daerah lainnya. Sebab, dengan standar mutu hingga syarat registrasi kebun yang sudah diterapkan membuat produk manggis petani Bali dapat masuk ke Tiongkok tanpa melalui negara ketiga. Itu berbeda dengan produksi manggis dari petani lain (di luar Bali) yang harus melalui negara ketiga untuk bisa memasarkan produknya ke Tiongkok. (man)