Amlapura (Bisnis Bali) – Karangasem banyak memiliki wisata tirta. Banyak pantai favorit untuk lokasi diving atau snorkeling. Guna pengamanan wisatawan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karangasem sudah membentuk tim Balawista. Namun, mereka belum memiliki bangunan atau pos untuk melakukan pemantauan.
Kepala Pelaksana BPBD Karangasem Ida Ketut Arimbawa mengatakan, timnya sangat memerlukan pos pemantau atau pun kantor basemen. Selama ini tim pemantau yang dimiliki hanya berdiri di tepi pantau, dan cara itu dinilai kurang optimal.
Arimbawa asal Buleleng itu mengatakan, tim Balawista baru berjumlah 15 orang. Masing-masing lima orang bertugas melakukan pemantauan di Pantai Candidasa, di Pantai Jasri dan di Tulamben.
‘’Sempat pos pemantau hendak dibangun di Pantai Jasri. Pihak Desa Pakraman Jasri sangat mendukung, bahkan sudah memberikan tanah untuk membangun pos itu. Namun kemudian pembangunan pos tak jadi, karena keterbatasan anggaran. Ke depan perlu dianggarkan lagi,’’ papar Arimbawa.
Selain penjagaan atau pemantaun terhadap aktivitas wisata bahari wisatawan, tim Balawista ini juga penting memantau kegiatan masyarakat di pantai atau di laut, seperti mulang pakelem di tengah laut, melasti atau pun nganyuh sekah terkait upacara ngaben atau ngeroras.
‘’Tim Balawista kami juga berkoordinasi dengan tim SAR. Mendesak pos pemantau bagi Balawista, soal pakaian juga belum punya,’’ tambahnya.
Di lain pihak, Ketua Komisi IV DPRD Karangasem Nyoman Musna Antara mengatakan, tim Balawista memang sangat diperlukan di Karangasem. Sebab, kata Musna asal Tianyar, Kubu itu, ke depan diperkirakan kian banyak wisatawan yang berwisata di Karangasem.
Terlebih, promosi tentang objek wisata khususnya pantai dan laut di Karangasem juga terus dilakukan. ‘’Beberapa waktu lalu ada juga wisatawan asal Jepang yang tenggelam di pantai di wilayah kawasan wisata Tulamben. Cukup sering juga ada wisatawan yang menyelam akhirnya karena ada gangguan kesehatan, akhirnya celaka,” ungkapnya.
Ke depan hal seperti ini harus diantisipasi, pelayanan dan keselamatan wisatawan perlu lebih diantisipasi. “Tak cukup hanya melakukan promosi besar-besaran atau mengejar keuntungan atau pendapatan dari pariwisata, tetapi fasilitas dan pelayanan kenyamanan dan keamanan berwisata juga harus kita perhatikan,’’ tandas Musna.
Selain objek wisata laut atau pantai, Karangasem juga memiliki objek wisata arung jeram yakni di sungai Telaga Waja. Objek wisata itu sempat sepi akibat terjadi pendangkalan dan alur sungai rusak akibat terjangan banjir lahar dingin beberapa bulan lalu, pasca erupsi Gunung Agung.
Namun belakangan arung jeram mulai menggeliat lagi, meski alurnya masih pendek dari Tukad Arca sampai keselatan jembatan Arca. Jalur lama yang panjang, indah dan menantang belum dibuka, karena terjadi pendangkalan serta kerusakan parah. (bud)