Denpasar (Busnis Bali) – Bagi masyarakat lokal Bali, lawar tentu sudah tak asing lagi. Hampir di tiap kegiatan keagamaan atau acara penting menu ini selalu menjadi pelengkap. Bahkan di beberapa tempat tradisi ngelawar ini masih dilaksanakan untuk menjaga silahturahmi. Sehingga tak salah jika lawar disebut jawaranya kuliner local Bali.
Lawar ada bermacam-macam. Ada yang menggunakan campuran nangka muda, kelapa, kacang panjang, daun belimbing hingga pepaya muda. Sementara campuran dagingnya juga beragam, mulai dari daging babi, ayam, sapi, kambing hingga ikan.
“Banyak sekali jenis sayuran dan daging yang bisa di manfaatkan untuk olahan lawar. Tinggal bagaimana kepiawaian kita dalam meraciknya,” ungkap Made Suardika, owner Racik Made Arya, yang menjual berbagai olahan kuliner lokal termasuk lawar.
“Bumbu peraciknya ini yang harus diperhatikan, harus seimbang antara bumbu satu dengan yang lainnya sehingga rasanya pas. Kalau lawar yang benar-benar racikan lokal biasanya juga menggunakan merica mentah muda yang masih hijau, inilah rasa khas lawar itu,” ungkap pria yang akrab di sapa Made Arya ini.
Setiap hari Made Suardika membuat beraneka macam olahan lawar yang dijual dengan harga beragam mulai dari Rp50 ribu satu porsi hingga porsi yang lebih besar.
“Kita selalu buat racikan lawar babi dan kebo, tapi kalau ada yang ingin pesanan khusus dengan daging atau bahan tertentu harus memesan lebih dulu baru kita buatkan,” jelasnya.
Ia juga menjual racikan kuliner lokalnya melalui media on line, karena usaha milikinya merupakan usaha rumahan. Namun untuk rasa dan kualitas lawar racikannya siap bersaing di pasaran.
“Mengenai rasa boleh dicobalah, konsumen bisa memesan rasa pedas sesuai keinginan, bisa pesan khusus dengn daging tertentu, dan pastinya siap diantar,” terangnya.
Selain lawar, ia juga menyediakan menu pelengkap lainnya seperti serapah, urutan, sate, dan tum. Semua kuliner buatannya fresh dan asli racikan bumbu lokal. (ita)