Singaraja (Bisnis Bali) – Untuk mendapatkan hasil produksi yang maksimal sesuai permintaan pasar, tentu diperlukan bibit dan pupuk yang berkualitas. Sama halnya dengan anggur laut, meski proses pembibitan sangat mudah, namun bibit utama yang digunakan adalah bibit yang sudah mendapat sertifikasi. Karena bibit yang sudah bersertfikasi sangat menentukan hasil panen dan serapan pasar.
Khusus untuk pembudidaya pemula bibit anggur laut hanya dapat diperoleh di Makassar. Karena untuk di Indonesia sendiri baru Makasaar yang memiliki bibit dengan sertifikasi. Setelah itu bibit anggur laut dapat diperoleh setelah memasuki panen. Setelah disortir, anggur laut dengan ukuran sedang dengan jumlah butiran yang sempurna itulah yang dijadikan bibit selanjutnya.
“Ibarat pepaya jadi kita ambil tengahnya untuk bibit karena bagian tengah dari ukuran 8 centimeter adalah hasil produksi yang paling baik,”jelas Kadek Lila Antara pembudidaya anggur laut dari Desa Pemaron Singaraja.
Anggur laut cenderung gampang dalam pemeliharaannya. Bibit ditempatkan di tempat khusus menyesuaikan ukuran kolam dengan air yang selalu mengalir dan siap dipanen setelah berusia 1,5 bulan.
“Jadi bibit itu kita peroleh 20 persen dari hasil panennya, sisanya 60 persen dipasarkan dan 20 persen merupakan anggur laut reject,” tuturnya. Bibit anggur laut akan diganti dengan bibit baru setiap 6 – 8 bulan sekali.
Di Buleleng, anggur laut belum sepopuler di Jepang yang sudah banyak dibudidayakan. Padahal untuk perawatan tanaman anggur laut mulai dari bibit hingga panen hanya memerlukan pemupukan yang rutin tiap hari dengan pupuk organik cair.
Pemilihan pupuk organik mulai dari pembibitan hingga panen, karena anggur laut akan dikonsumsi segar atau tidak dijadikan olahan matang.
“Kita gunakan pupuk organik cair, dan yang kita pasarkan yang sudah bersih tanpa batang dan siap dikonsumsi,” imbuhnya. (ira)