Denpasar (Bisnis Bali) – Kalangan perbankan dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan minat masyarakat Bali menyimpan dana masih tetap tinggi pada semester II 2018 ini seiring bertumbuhnya penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) pada semester I 2018.
“Pada Juni 2018 pertumbuhan DPK perbankan di Bali telah mencapai Rp99,69 triliun,” kata Kepala OJK Regional 8 Bali Nusra Hizbullah di Renon.
Tumbuhnya DPK baik untuk bank umum konvensional, bank umum syariah dan bank perkreditan rakyat (BPR) tersebut lebih tinggi dari Desember 2017 mencapai Rp96,107 triliun, begitupula dibandingkan pada Desember 2016 di kisaran Rp87,887 triliun.
Masyarakat Bali lebih cenderung menyimpan dananya dalam bentuk tabungan karena memandang keamanan. Berdasarkan data OJK, penghimpunan DPK dalam bentuk tabungan di perbankan pada Juni 2018 mencapaiRp46,52 triliun atau masih mendominasi dari varian simpanan lainnya seperti deposito yang mencapai Rp38,05 triliun dan giro Rp15,12 triliun.
OJK juga mencatat penyaluran DPK tiga besar berada di Kabupaten Buleleng menembus 62,34 persen disusul Kabupaten Badung 18,21 persen dan Kota Denpasar 4,84 persen.
“Dengan peningkatan DPK dalam bentuk tabungan dan deposito kami harapkan tingkat inklusi keuangan atau pemanfaatan layanan jasa keuangan masyarakat Bali akan terus mengalami kenaikan,” ujarnya.
Selain tingkat tingkat literasi atau pemahaman masyarakat terkait dengan jasa keuangan di Bali juga ke depannya bisa terus meningkat. Regional Head PT Bank Danamon Bali-Nusa Tenggara, I Gusti Agus Indrawan sependapat, pada semester II 2018 pertumbuhan DPK masih akan mampu tumbuh ke double digit atau di atas 10 persen.
“Minat masyarakat untuk menyimpan dananya di perbankan masih menunjukkan ada peningkatan,” ternganya.
Kendati demikian, ia mengakui, bank akan lebih memfokuskan pertumbuhan simpanan berbiaya murah atau current account saving account (CASA) seperti Tabungan dan giro. Bank melakukan pelepasan dana mahal (deposito) dengan harapan struktur pendanaan bisa lebih baik sehingga menghasilkan biaya dana (cost of fund) yang lebih rendah serta membangun fondasi yang baik untuk pertumbuhan ke depannya..
“Terbukti peningkatan rekening tabungan yang bersifat granular pada semester I membawa pengaruh positif pada pertumbuhan CASA yaitu giro dan tabungan,” ungkapnya.
Pencapaian DPK di Bali Nusra hingga Juni mencapai Rp2,94 triliun meningkat 6,49 persen year on year (yoy) dibandingkan kondisi sama 30 Juni 2017 mencapai Rp2,765 triliun.
“Sementara dibandingkan 31 Maret 2018 yang mencapai Rp2,769 triliun, DPK bank alami peningkatan 6,34 persen (QoQ),” katanya.
Sementara Area Manager Bali & Nusa Tenggara Bank Mega, Ardhana Febrianaji menyampaikan, pada semester II ini optimistis DPK masih tumbuh 10-15 persen dan kredit mampu tumbuh 10 persen. Optimisme tersebut, diakuinya, seiring potensi membaiknya dunia usaha dan kondisi ekonomi Bali pascaerupsi Gunung Agung. (dik)