Denpasar (Bisnis Bali) – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan nilai transaksi saham di Bali mencapai Rp2.496,55 miliar. Nilai transaksi tersebut mengalami peningkatan dibandingkan kuartal IV 2017 mencapai Rp711,17 miliar.
Kepala OJK Regional 8 Bali Nusra, Hizbullah di Renon, Jumat (10/8) mengatakan, nilai transkasi saham terus meningkat. Ini terlihat dari kuartal II 2017 mencapai Rp423,88 miliar dan naik pada kuartal III 2017 menjadi Rp675,25 miliar. Itu menandakan pasar modal bertumbuh di Pulau Dewata,
Begitupula dari jumlah investor saham yang tercermin dari jumlah Single Investor Identification (SID) yang mengalami peningkatan.
“Hingga Juni 2018 jumlah investor mencapai 12.582 SID naik dari kuartal IV 2017 mencapai 10.729 SID, kuartal III 2017 mencapai 10.176 SID dan kuartal II 2017 mencapai 9.614 SID,” terangnya.
Meningkatnya jumlah investor Bali melirik investasi di pasar modal terlihat pula dari nilai kepemilikan saham pada semester I 2018 sudah menembus Rp1.649,22 miliar sementara kuartal II 2017 mencapai Rp1.276,77 miliar, kuartal III 2017 kisaran Rp1.351,56 miliar dan kuartal IV 2017 Rp1.235,88 miliar.
“Itu menunjukkan perkembangan pasar modal di Pulau Dewata sampai saat ini menunjukkan kinerja yang positif,” ujarnya.
Bali memiliki 16 perusahaan efek yang tersebar di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung. Positifnya kinerja pasar modal di Bali didominasi saham, reksadana dan Surat berharga Negara (SBN). Untuk perkembangan saham tercatat 12.461 atau tumbuh 16,14 persen dibandingkan posisi Desember 2017 mencapai 10.729.
Begitupula reksadana tercatat 12.092 atau tumbuh 29,25 persen dibandingkan posisi Desember 2017 mencapai 9.355. Sementara untuk SBN tercatat 2.362 atau tumbuh 20,57 persen dibandingkan posisi Desember 2017 mencapai 1.959.
Hizbullah menegaskan, pertumbuhan kinerja selain didukung perusahaan sekuritas dan Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD) yang beroperasi di Bali, juga di dukung dengan kemudahan untuk melakukan transaksi di pasar modal yang dapat dilakukan secara online hanya dengan bermodalkan smartphone.
“Itu sejalan dengan perkembangan industri digital di tanah air,” paparnya.
Pihaknya mengakui hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan pahamahaman masyarakat untuk berinvestasi di pasar modal sebagai salah satu alternatif untuk memanfaatkan kelebihan dana yang dimilikinya.
OJK juga mencatat, jumlah emiten atau perusahaan yang go public di Bali yang saat ini tercatat berjumlah 3 perusahaan. “Kami harapkan dapat terus bertambah sejalan perkembangan perekomomian di wilayah Bali,” paparnya. (dik)