Denpasar (Bisnis Bali) – BPS Bali mencatat nilai impor Provinsi Bali mencapai 10.456.747 dolar AS pada Juni 2018. Sebagian besar impor berasal dari Hongkong dengan capain 31,37 persen pada periode sama. Kabid Statistik Distribusi BPS Bali, I Nyoman Subadri, di Denpasar, Juni 2018 mengatakan, nilai impor Bali ini mengalami penurunan dibandingkan dengan bulan sebelumnya tahun yang sama. Tercatat Mei 2018 (m-to-m) yang nilai impor mencapai 17.360.366 dolar AS, atau turun 39,77 persen. Dibandingkan bulan yang sama tahun lalu, nilai impor Bali menurun 48,61 persen.
Penurunan impor tersebut didominasi oleh penurunan dari Hongkong mencapai 7.041.054 dolar AS dan Belgia mencapai 418.168 dolar AS. Meski periode sama Hongkong menjadi negara penyumbang impor terbesar untuk Bali, Hongkong juga berkontribusi pada penurunan produk pada Juni 2018. Diantaranya, untuk impor produk minyak atsiri, kosmetik, dan wangi-wangian mencapai 99,98 persen.
“Penurunan impor dari Belgia didominasi oleh produk mesin dan peralatan listrik mencapai 99,91 persen,” tuturnya.
Secara umum selain Hongkong, barang yang diimpor oleh Bali ini juga berasal dari Tiongkok 12,93 persen, Amerika Serikat 11,81 persen, Singapura 8,14 persen, Perancis 6,65 persen, Australia 5,19 persen, Thailand 3,72 persen, Jerman 3,43 persen, Inggris 2,33 persen, Italia 2,12 persen, dan lainnya 12,31 persen.
“Hongkong merupakan negara asal impor tertinggi selama Juni 2018, mencapai 3.280.445 dolar AS. Komoditas yang diimpor yaitu lonceng, arloji, dan bagiannya mencapai 1.372.297 dolar AS,” tandasnya.
Sementara itu, secara kumulatif impor barang Provinsi Bali pada periode Januari – Juni 2018 tercatat mencapai 72.183.594 dolar AS, atau mengalami peningkatan 22,56 persen dibandingkan dengan keadaan pada periode yang sama tahun sebelumnya (y-on-y) yang mencapai 58.897.592 dolar AS. Menurut negara importir barang Provinsi Bali pada 2018, sebagian besar dikirim dari negara Hongkong 43,61 persen, Amerika Serikat 9,69 persen, Tiongkok 8,60 persen, Australia 5,09 persen, Singapura 4,24 persen, Thailand 4,21 persen, Jerman (4,10 persen), Vietnam (3,37 persen), Perancis (3,32 persen), dan Italia (2,02 persen).
Peningkatan impor secara kumulatif hingga ribuan persen berasal dari Negara Vietnam disebabkan karena adanya impor beras pada Februari 2018. Sementara peningkatan impor hingga ratusan persen juga dialami oleh impor asal Hongkong, disebabkan naiknya impor produk minyak atsiri, kosmetik, dan wangi-wangian sejak awal 2018 lalu. (man)