Denpasar (Bisnis Bali) – Adanya bencana alam gempa bumi menjadi alasan wisatawan keluar dari Lombok. Ketua Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia (ICPI) Wilayah Bali, Dr. Putu Anom M.Par Jumat (10/8) menilai semua wisatawan di Lombok tentu menginginkan dievakuasi ke tempat yang aman, salah satunya ke Bali.
Terkait bencana gempa bumi beberapa waktu lalu, pemerintah khususnya BMKG mesti menginformasikan data akurat kemungkinan terjadinya gempa susulan kepada masyarakat luas termasuk pengelola industri pariwisata. Dengan informasi BMKG, elaku pariwisata bisa secepatnya mengambil langkah-langkah cepat untuk menyelamatkan wisatawan dan dampak bencana tersebut bisa diminimalisir.
Ketika terjadi gempa bumi, wisatawan bisa saja sedang menginap atau istirahat di tempat penginapan. Saat gempa, wisatawan bisa juga sedang beraktivitas di obyek wisata. Ini baik yang sedang menikmati aktivitas wisata mendaki gunung (hiking), memanjat tebing (climbing), wisata trecking, wisata tirta di pantai baik sedang berenang (swimming), snockling, diving (menyelam), parasailling, sedang berlayar dengan kapal cruise.
Ia melihat wisatawan yang dievakuasi memang lebih banyak mengunjungi Pulau Tiga Gili (Gili Trawangan,Gili Meno,Gili Air) di wilayah Lombok Utara yang sangat dekat dengan pusat gempa.
Pemerintah harus memperbanyak alat-alat canggih peringatan dini tsunami yang benar-benar masih aktif berfungsi optimal. Demikian pula Badan Penanggulangan Bencana Daerah(BPBD) bersama tim tanggap darurat bersama TNI, Polri, Badan SAR nasional, Palang Merah, Para Medis di lapangan maupun kesiapan rumah sakit terdekat yg mampu bekerja maksimal menunaikan pengabdiannya demi kemanusiaan.
Pengusaha pariwisata tentunya wajib memberikan bantuan serta pelayanan yang optimal kepada wisatawan sesuai prosedur dan kondisi yang ada saat itu. Sektor pariwisata Indonesia harua memaklumi tentu saja kemungkinan terjadinya penurunan kunjungan wisatawan pasca terjadi bencana gempa bumi yang cukup dasyat tersebut.
Putu Anom menambahkan wilayah-wilayah di Indonesia terletak di jalur gempa maka perlu direncanakan model pembangunan rumah masyarakat, gedung-gedung dan bangunan fisik fasilitas pariwisata yang tahan gempa atau minimal kemungkinan kerusakan bangunan fisik bisa diminimalisir.
“Mudah-mudahan tidak terjadi bencana yang lebih parah lagi agar bisa menenangkan masyarakat dan kunjungan wisatawan kembali normal ,” tambahnya. (kup)