Amlapura (Bisnis Bali) – Diduga takut karena ada isu tsunami, sejumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang menginap di tepi pantai seperti Amed, Jemeluk dan tepi Pantai Bunutan, Karangasem memilih pindah hotel. Wisman yang semula menginap di hotel-hotel tepi pantai itu, memaksa pindah Minggu (5/8) malam lalu, meski mereka harus berjalan kaki.
Situasi Minggu malam pasca gempa berkekuatan 7,0 SR itu, dibenarkan salah seorang praktisi pariwisata di Pantai Bunutan, Nyoman Ulian Artha Putra. Dihubungi Senin (6/8) kemarin, Artha Putra yang akrab dipanggil Komang Bajing itu mengatakan, Wisman yang semua menginap di hotel kawasan Desa Bunutan itu, memaksa pindah hotel. Ada yang ke Denpasar atau Badung.
‘’Pihak hotel sudah memberikan penjelasan agar tenang, dan tak bakal terjadi tsunami. Namun mereka yang awam, tetap memaksa pergi. Pokoknya, Minggu malam itu juga mereka minta dikeluarkan dari wilayah itu, mereka mengatakan meski biaya transpor dinaikkan tiga kali lipat, mereka mengaku tak ada-apa,’’ kata Komang Bajing.
Menurutnya, karena sudah malam apalagi setelah gempa keras ditambah hujan lebat, transportasi jarang. Sopir angkutan wisata juga sudah enggan bekerja, karena situasi panik. Karena transportasi jarang, wisman itu, banyak yang memaksakan diri pergi dengan berjalan kaki, ada yang berjalan dari Pantai Bunutan sampai ke Amed, bahkan sampai jauh di jalan Banjar Kangkahang, ada juga nongkrong menunggu angkutan umum di tepi jalan di Desa Culik sampai pukul 11.00.
‘’Saya tak tahu lagi, apakah akhirnya mereka mendapatkan tumpangan ataukah keleleran menunggu angkutan umum,’’ ujar Komang Bajing lagi.
Selain ke hotel di luar Karangasem seperti ke Denpasar, ada juga yang pindah hotel dari tepi Pantai di Karangasem ke hotel di objek wisata Tirtagangga dan sekitarnya. Senin (6/8) kemarin, turis tampak ramai di Tirtagangga, demikian juga kendaraan atau mobil transport wisata ramai, parkir meluber sampai ke tepi jalan nasional di depan objek wisata Taman Air itu.
Paniknya Wisman akibat bencana gempa bumi dan disusul isu tsunami itu, sangat disayangkan kalangan praktisi pariwisata. Sebab, industri pariwisata di Karangasem baru menggeliat pasca erupsi Gunung Agung. pada musim ramai bulan ini, sesungguhnya tingkat penghunian hotel di wilayah Karangasem sudah mencapai 52 persen lebih, dan tingkat hunian itu sudah termasuk tinggi, meski masih termasuk terendah di Bali sesuai data dari BPS Bali. (bud)