Mangupura (Bisnis Bali) – Bank perkreditan rakyat (BPR) belum menyentuh sampai ke semua pasar bukan karena masalah nama bank atau BPR. Ketua Perbarindo Korcam Mengwi Abiansemal (Mas), IGW. Dwisandita Jumat (3/8) mengatakan, agar makin dekat dengan masyarakat, BPR mesti rutin melakukan edukasi dan kompak menggunakan nama BPR.
Direktur Utama BPR Sapta Cristy Utama mengungkapkan sebenarnya sudah ada kata bank pada bank perkreditan rakyat. BPR tinggal kompak menggunakan istilah dan nama BPR. Ia menjelaskan BPR mesti kompak menggunakan nama BPR di depan nama termasuk di papan nama, brosur tetap menggunakan nama BPR. Dalam logo BPR juga tertera jelas BPR dengan diikuti nama masing-masing BPR.
Ia mencontohkan seperti Bank Perkreditan Rakyat Saptacristy Utama dibuat logo BPR Cristy dan jangan Bank Cristy. Kalau menggunakan nama bank, BPR pasti kalah brand sama bank umum. Menurutnya, masyarakat sudah memgkonotasi bank itu untuk bank Umum. Ketika BPR menggunakan nama bank ini akan menjadi rancu dan membingungkan pasar.
Ia melihat semestinya BPR bangga menyebut diri dengan BPR. Pada dasarnya semua masyarakat sudah mengetahui bahwa BPR itu adalah bank.
Sama dengan LPD dan koperasi masyarkat tahu bahwa lembaga keuangan tersebut tempat meminjam dan menyimpan uang. “LPD dan Koperasi berani menyebutkan identitas dirinya, kenapa BPR tidak berani ,” tandasnya.
IGW Dwisandita menambahkan terlalu berat untuk merubah nama BPR menjadi bank. Ini terkesan terlalu muluk-muluk karena akan amandemen UU perbankan. ” BPR di Bali dan BPR di seluruh Indonesia harus kompak menggunakan nama BPR sehingga nama BPR makin dikenal di masyarakat,” tegasnya. (kup)