Denpasar (Bisnis Bali) – Sejumlah petani di Bali mulai inovatif mengolah hasil produksi. Itu tercermin kian banyak produk olahan yang telah diproses petani langsung di pasaran, sehingga memaksimalkan pendapatan yang diterima petani sekaligus memutus panjangnya rantai pemasaran produk sebelumnya.
Wakil Ketua Bidang Permodalan, Perbankan, Investasi, Koperasi, UMKM dan Pemasaran Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) provinsi Bali, Dewa Ketut Nuradja Nasa, SE, MM, di sela-sela Festival Agribisnis ke 7 mengungkapkan, sekarang ini, selain inovatif dalam menciptakan produk terbaru, petani di Bali sudah lebih inovatif dalam pemberdayaan produksi.
“Terbukti, sekarang ini makin banyak produk olahan hasil pertanian herbal yang ditawarkan di pasaran, bahkan ada juga produk olahan dalam bentuk makanan siap saji dalam bentuk olahan iga bakar (ribs), hingga sosis yang komoditi tersebut diproduksi oleh petani langsung dan dengan dengan dilengkapi standar produk olahan makan,” ujarnya di stan Warung Tani Inovatif, Lapangan Niti Mandala Renon Denpasar, Minggu (29/7).
“Selama ini konsumen mungkin hanya bisa menikmati ribs pada tempat restoran ternama atau mewah dengan harga yang mahal, namun kini petani di Bali sudah mengolah kuliner tersebut dalam bentuk kemasan. Konsumen tinggal menghangatan ribs kemasan tersebut dan langsung bisa dinikmati. Rasanya tidak kalah dengan sajian sejenis yang ditawarkan sekelas restoran, bahkan harganya juga sangat terjangkau.”
Beragam produk inovatif tersebut juga ditawarkan di warung tani inovatif yang digagas DPD HKTI Bali dan DPP WTI HKTI Bali pada ajang Festival Agribisnis tahun ini. Harapannya, beragam produk ini bisa dikenal luas, dan pelaku usaha bisa berkomunikasi dengan sesama pengusaha, sehingga menjadi pembelajaran dalam rangka pengembangan produk dipasaran.
Ketua Wanita Tani Indonesia (WTI) HKTI Provinsi Bali yang juga Angoota DPR RI, Tutik Kusuma Wardhani mengaku sangat mendukung program ini. “Melalui kegiatan ini, WTI HKTI Bali ingin memberikan pemahaman kepada petani agar mampu lebih inovatif dan berkreasi lagi,” ungkap Tutik Kusuma Wardhani.
Sebab dengan kemajuan teknologi, perubahan itu sudah tidak bisa dibendung lagi. Upaya tersebut sekaligus dalam rangka meningkatkan pendapatan para produsen disektor pertanian.
“Kami mengaharapkan petani tidak hanya menjual produk dalam bentuk mentah saja, namun harus diolah dalam rangka bisa meraih harga jual yang lebih tinggi lagi. Dan saat ini memang sejumlah petani di Bali sudah mulai melakukan inovasi pada produknya masing-masing,” imbuhnya.
Sementara itu, Ketua DPD HKTI Bali Prof Dr Ir Nyoman Suparta mengungkapkan, petani harus dikuatkan dan disejahterakan. Karena itu, pihaknya bertekad bersama petani melalui peningkatan produksi dan produktivitas pengolahan hasil, serta pemasaran hasil secara kreatif, inovatif, efektif dan efisien.
“Pada Festival Agribisnis ini, kami hadirkan konsep utuh secara kreatif dan produk inovatif yang menggambarkan pola keterkaitan sistem dari hulu hingga konsumen potensial di hilir. Tentunya itu juga berbasiskan kelembagaabn tradisional subak, yang kami sebut lembaga usaha ekonomi subak (Lues),” tandasnya.
Saat ini produk inovatif yang sudah mampu dihasilkan oleh petani atau kelompok tani di Bali sangat beragam. Diantaranya, minuman jamur segar, madu kelor, coklat kemasan premium, Kopi Bali Pupuan, beras sehat, dan Bali Pork Ribs dengan bahan baku daging babi. Harapannya, produk inovatif tersebut bisa akan terus bertumbuh kedepannya. (man)