Tabanan (Bisnis Bali) – Keseriusan Pemkab Tabanan dalam menggarap kawasan Nira, Kopi, Salak dan Kelapa (Nikosake) kembali berlanjut. Kali ini implementasi konsep Nikosake dimulai dari Desa Lumbung Kauh, dengan melakukan Launching dan Focus Group Discussion (FGD) Pengembangan Desa Wisata Lumbung Kauh melalui pemberdayaan masyarakat berbasis pengolahan kelapa (Coconut Industries Tourism).
Acara yang berlangsung di Banjar Delod Ceking, Selemadeg Barat, Kamis (12/7) ini merupakan lanjutan kick off dan workshop konsolidasi internal pengembangan agribisnis terintegrasi berbasis kearifan lokal dan pariwisata yang telah sebelumnya dilaksanakan. Acara dibuka secara langsung oleh Asisten II Kabupaten Tabanan I Wayan Miarsana dan dihadiri Kepala Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan (Bapelitbang) Tabanan IB., Wiratmaja yang sekaligus memimpin jalannya acara dan Direktur Perusahaan Daerah Dharma Santika (PDDS) I Putu Sugi Darmawan.
Salah satu strategi mewujudkan “Tabanan Serasi” sesuai perda 11 tahun 2017 tentang RPJMD 2016-2021 adalah menggerakkan ekonomi kerakyatan melalui pemberdayaan masyarakat berbasis usaha pertanian dan pariwisata.
“Salah satu penerapannya kami telah menetapkan peraturan Bupati nomor 24 tahun 2018 tentang Action Plan Tourism Models melalui pengembangan agribisnis terintegrasi berbasis kearifan lokal dan pariwisata di kawasan Nikosake,” ungkap Wayan Miarsana.
Harapannya, Perbub ini dijadikan rujukan pula dalam mengembangkan Desa Wisata Lumbung Kauh dan empat desa dikawasan Nikosake lainnya yakni Desa Wanagiri, Belimbing, Sanda dan Munduktemu, agar segera mengimplementasikan dalam bentuk kerangka acuan kerja maupun petunjuk teknis.
“Diharapkan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dapat mencapai sasaran utama yaitu meningkatkan pendapatan masyarakat di kawasan ini. Untuk mewujudkan semua itu tidak mudah, diperlukan komitmen, fokus dan semangat yang tinggi bagi seluruh pemangku kepentingan,” imbuhnya.
Panitia Penyelenggara I Gede Alit Yasa menyampaikan, tujuan kegiatan ini untuk mensosialisasikan ada program baru yang disebut Discovery Nikosake sebagai kawasan Pengembangan agribisnis terintegrasi berbasis kearifan lokal dan pariwisata. Serta telah ditindaklanjuti mulai dari Desa Lumbung Kauh sebagai Desa Wisata.
“Mohon dukungan dan masukan dari seluruh stakeholders dalam merencanakan Kerangka Acuan Kerja (KAK) membangun desa wisata melalui pemberdayaan masyarakat berbasis industry pengolahan kelapa yang akan dibahas dalam forum FGD” tandasnya.
Sementara itu, IB Wiratmaja mengungkapkan apresiasinya kepada Desa Lumbung Kauh yang bekerja keras untuk menyusun proposal dengan baik sehingga akhirnya terpilih sebagai desa wisata. Desa Lumbung Kauh memiliki banyak potensi alam, namun untuk saat ini diharapkan fokus kepada pengolahan kelapa.
“Potensi yang terbesar yakni Kelapa. kami juga bekerja sama dengan Bumda. Nantinya hasil dari Desa ini aan dikelola oleh BUMDA, sehingga kelompok tinggal memproduksinya saja,” ungkapnya.
Meski Desa Lumbung memiliki potensi yang sangat besar, dengan pendidikan yang tinggi, berdasar hasil data statistik tingkat kemiskinan di desa ini juga masih tinggi.
“Dengan adanya Forum ini kami berharap semua peserta dapat berkontribusi untuk memberikan yang terbaik. Mari bersama-sama kita sukseskan dan gerakkan Desa Wisata ini.” tegasnya. (man)