Bali patut berbangga memiliki Pesta Kesenian Bali (PKB). Penegasan tersebut penting karena PKB berorientasi meninggikan martabat serta menjaga taksu seni budaya Bali untuk meningkatkan perekonomian. Di sisi lain, sebagai ajang promosi spektakuler satu-satunya di Pulau Dewata, PKB juga tak bisa dipisahkan dari helatan komersil berupa pasar senggol/malam yang saling berdampingan. Bagai dua sisi mata uang, adakah benang merah yang bisa ditarik dari PKB ke- 40 Tahun 2018?
BAK dua sisi mata uang, ada dua hal tak terpisahkan pada setiap helatan PKB. Dua hal tersebut sama-sama mampu menggerakkan ekonomi kerakyatan dengan keterlibatan dan partisipasi aktif para pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM). Gelaran bernuansa seni budaya tersaji apik pada areal/ajang PKB yang selalu tumpah-ruah pengunjung. Sajian di sebelah barat PKB (dibatasi tembok penyengker melintang dari selatan-utara) merupakan areal pasar senggol atau pasar malam. Keduanya bagaikan magnet bagi pengunjung. Upaya panitia meningkatkan kualitas dan kenyamanan pengunjung PKB patut diapresiasi. Penataan stan makin proporsional. Stan produk kerajinan, kuliner, fashion, aksesori, pernak-pernik PKB, serta stan pameran produk kerajinan dari kota dan kabupaten di Bali tertata rapi dari sisi utara hingga sisi selatan. Ini sangat memudahkan pengunjung menemukan stan yang dicari. Sebagai posisi sentris adalah areal utama Ardha Candra tempat pementasan dan pertunjukan berbagai produk seni budaya yang juga berdampingan dengan sejumlah kalangan (tempat pertunjukan) kesenian di sisi utara maupun selatan.
Sebagai wadah pelestarian, pengembangan, pembinaan, dan promosi seni budaya, PKB memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat luas. Ini juga membuktikan, sajian berbagai produk seni dan budaya yang tak hanya diramaikan produk lokal tetapi juga luar Bali memiliki nilai lebih dibandingkan sisi lainnya. Vibrasi berkesenian dan berbudaya yang digerakkan peserta PKB yaitu para seniman lukisan, patung, pemotif kain tradisional, juga seni gerak, suara, tabuh, dan perajin seperti, pembuat berbagai gebyok tradisional, bale tradisional Bali, perhiasan emas dan perak, serta pernak-pernik PKB lainnya semuanya ingin menampilkan karya terbaik bagi pengunjung. Semangat ber-PKB yang senantiasa digelorakan dalam setiap wujud karya inovatif para seniman tersebut jadi begitu sejalan dan menjiwai tema PKB ke-40 tahun 2018 yakni, Teja Dharmaning Keuripan (Api Spirit Penciptaan).
Api spirit penciptaan sebagai tema PKB tahun ini salah satunya dimaknai sebagai wujud meningkatkan sradha dan bhakti manusia kepada Sang Pencipta (Ida Hyang Widhi Wasa). Unsur api dalam konteks ini adalah bagaimana menggelorakan semangat, kreativitas, dan inovasi penciptaan seni budaya tersebut sehingga bisa lestari, dan berkembang seiring dinamika zaman yang dinamis. Spirit penciptaan itu sendiri merupakan motivasi meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) Bali untuk makin profesional dan mumpuni dalam berkesenian, berbudaya, dan berperekonomian. Perekonomian merupakan usaha meningkatkan manfaat dari peningkatan kualitas berbagai produk yang dihasilkan dan dipasarkan para pelaku UMKM. Karena itu, dalam praktik perekonomian tak bisa dilepaskan dari kemampuan marketing. Dalam hal ini tak sebatas menjual dan menggeber produk di stan-stan PKB. Namun lebih dalam dari itu bagaimana menumbuhkan inovasi dan menciptakan produk-produk terbaru dan berkualitas sehingga mampu menarik simpati pengunjung. Selanjutnya bagaimana mengemasnya dalam wadah yang menarik maupun menyampaikan dalam bahasa promosi yang memikat. Itu sangat menentukan suksesnya penjualan. Seiring kemajuan teknologi informasi (TI) dan memasuki era revolusi industri (RI) 4.1 setiap lini kehidupan dan sektor usaha mau tak mau akan terpapar sistem digital, tentu saja, promosi langsung di PKB juga bisa memanfaatkan kemajuan tersebut sehingga akan lebih efektif menjangkau pasar lebih luas. Tantangannya ke depan tentu para pelaku UMKM harus jengah, tak latah, serta tak lagi menampilkan produk yang monoton.
Memaknai apresiasi dan perhatian yang diberikan Presiden Joko Widodo kepada UMKM di Bali, menjelang pembukaan pawai PKB di depan Lapangan Bajra Sandi, Niti Mandala Renon, upaya menguatkan pelaku UMKM adalah hal fundamental. UMKM yang mengakar di masyarakat bawah perlu kemudahan untuk bisa meningkatkan diri dari kecil menjadi lebih besar. Kebijakan PPh final 0,5 persen bagi UMKM bertujuan merangsang bertumbuh dan berkembangnya UMKM sehingga siap menghadapi persaingan global dengan kondisi ekonomi dunia yang tak menentu. (gun)