Denpasar (Bisnis Bali)-Cepuk merupakan kain endek khas Klungkung. Saat ini tengah naik daun dan semakin diminati konsumen. Kain tradisional tersebut, banyak dicari konsumen dalam ajang PKB ke-40, di Art Center Denpasar.
Wayan Sari, penjaga stand Disparda Kabupaten Klungkung mengatakan, kain Cepuk merupakan produk asli Banjar Tanglad, Desa Tanglad, Nusa Penida. Motifnya yang unik menjadi daya tarik tersendiri, karena berbeda dengan motif endek dari daerah lainnya. Motif tersebut merupakan warisan leluhur yang saat ini telah diakui hak ciptanya.
“Ada dua jenis kainnya, kain cepuk gringsing yang digunakan untuk upacara dan cepuk biasa. Dari penggunaan warna ada yang menggunakan bahan alami dan ada yang bahan sintetis,” katanya, baru-baru ini.
Perbedaan bahan pewarna sangat berpengaruh terhadap harga kain cepuk. Kain yang menggunakan bahan pewarna sintetis, harganya relatif lebih terjangkau, jika dibandingkan dengan yang masih tradisional. Dari segi pengerjaannya pun kain cepuk sintetis relatif lebih cepat dikerjakan. “Kalau yang warna alami menggunakan warna dari bahan kayu-kayuan yang hanya ada di Nusa Penida, bisa sampai 20 kali pencelupan. Warnanya lebih pudar, tapi lebih klasik, semakin tua semakin unik,” terangnya.
Dikatakan, terkait bahan baku dan pemasaran, tidak ada masalah yang signifikan. Permasalahan utama terjadi pada pemasaran, karena masih terbatasnya gerai-gerai yang memasarkan kain tersebut, sehingga jika ada orang yang ingin membeli kain itu harus datang langsung ke rumah perajin.(pur)