Setelah beberapa bulan dihadapkan pada permasalahan budi daya, akhirnya petani padi di Bali memasuki musim panen. Namun, ironisnya hasil dari panen yang didapat tak serta merta meningkatkan daya beli petani pada pascapanen ini. Sebaliknya daya beli petani yang dicerminkan dari nilai tukar petani (NTP) malah turun. Apa sebabnya?
SETELAH berkutat selama tiga bulan budi daya untuk tanaman padi, mulai pengolahan lahan, pemupukan hingga mengantisipasi ancaman serangan hama atau organisme pengganggu tanaman (OPT), kini para petani di Bali tengah menikmati hasil panen raya yang mulai terjadi pada awal Maret dan berlangsung hingga saat ini.
Namun sayangnya, hasil yang diperoleh petani ini tidak serta merta mampu meningkatkan daya beli mereka (petani) pada musim panen. Itu tercermin dari indeks NTP Provinsi Bali pada Maret 2018Â tercatat malah turun mencapai 0,37 persen, dari 103,88 pada Februari 2018, menjadi 103,50.
Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Bali, I Gede Nyoman Subadri, S.E. mengungkapkan, penurunan ini disebabkan oleh kenaikan indeks harga barang-barang hasil produksi pertanian yang lebih kecil dibanding kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dibayar oleh petani. Paparnya, indeks harga yang diterima petani dari hasil pertaniannya mencapai 132,68 naik 0,30 persen dibandingkan Februari 2018 yang besarnya 132,28. Di sisi lain indeks yang dibayar petani Maret 2018 tercatat mengalami kenaikan lebih besar mencapai 0,67 persen dari 127,34 pada Februari menjadi 128,19.
“Indeks NTP ini diperoleh dari perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani,” tuturnya. (man)