Sistem Precest, Irigasi punĀ  Berumur hingga 150 Tahun

276

PADA masa kepemimpinan Giri Prasta-Ketut Suiasa, berbagai terobosan dan teknologi diterapkan di berbagai sektor. Di sektor pertanian misalnya, pasangan ini membangun irigasi dengan teknologi precest.

Dengan teknologi ini, ujar Giri Prasta kepada sejumlah media, proses pembuatan lebih cepat. “Cetakan-cetakan beton berupa precest ini dipasang sehingga irigasi bisa selesai lebih cepat,” ujarnya.

Irigasi dengan sistem precest ini, tegas Giri Prasta yang saat itu didampingi Ketua DPRD Putu Parwata, Wabup Ketut Suiasa dan Kabag Humas Putu Ngurah Thomas Yuniarta, air tak ada yang terbuang. “Kebocoran irigasi dipastikan bisa dihindarkan,” ungkapnya.

Selain itu, keunggulan irigasi dengan sistem precest ini, irigasi tak mudah dirongrong hewan-hewan air seperti kepiting dan kura-kura. Karenanya, usia irigasi dengan sistem precest bisa bertahan hingga 150 tahun.

Pada kesempatan itu, Bupati asal Pelaga Petang ini, menjelaskan sejumlah keunggulan lainnya. Di antaranya, takkan ada sedimentasi di irigasi. Tanah-tanah yang mengendap akan langsung terbawa air. Satu lagi, irigasi dengan precest ini mudah dirawat. Pembersihan sampah maupun yang lain bisa dilakukan dengan mudah. “Dengan keunggulan ini, Badung menetapkan pemanfaatan precest untuk pembuatan irigasi,” tegas Bupati yang juga Ketua DPC PDI Perjuangan Badung tersebut.

Dengan irigasi yang paripurna, dia berharap, produksi pertanian di Badung bisa optimal serta mampu memenuhi kebutuhan pangan krama Badung serta kebutuhan sektor pertanian. “Kami yakin produksi pertanian di Badung akan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat serta sektor pariwisata,” katanya.

Ditanya mengenai sejumlah produksi pertanian lokal sulit menembus hotel dan restoran, Giri Prasta memastikan petani akan memperoleh pendampingan mulai sektor hulu, tengah dan hilir. Di hulu dengan pembuatan irigasi dan bendungan. Di tengah, petani memperoleh bantuan bibit, pupuk dan teknologi budi daya, termasuk bagaimana memproduksi bahan pangan yang sesuai dengan kualifikasi mutu yang dibutuhkan. Di hilir, katanya, Pemkab Badung memberikan pendampingan pemasaran, termasuk kemungkinan membuat regulasi yang mewajibkan pihak hotel dan restoran menyerap produksi pertanian lokal. “Dengan upaya ini, kesejahteraan petani bisa terangkat dan warga bangga menjadi petani,” ungkapnya.

Masih di sektor pertanian, katanya, Badung membuat aplikasi pertanian yang memuat harga-harga pertanian sesuai pasar. Ini tujuannya untuk mematikan sepak terjang spekulan.

Selain itu, tegasnya, aplikasi akan memuat harga sesuai pasar. Jika harga di bawah pasar, katanya, Pemkab Badung akan membeli sesuai harga pasar. Produksi pertanian ini distok di cold storage raksasa yang akan dibangun dalam waktu dekat. Produk ini akan disalurkan ke pasar sesuai kebutuhan.

Sebaliknya jika harga di atas pasar, katanya, ini menjadi keuntungan langsung yang bisa dinikmati petani. Dengan kebijakan ini, petani tak pernah merugi dan dipastikan Ā bangga menjadi petani.

Pada kesempatan itu, Pemkab Badung akan memberikan contoh dalam penyerapan Ā produk-produk pertanian lokal. Dia mengaku akan menyerap jagung rebus atau ubi hasil produksi kelompok wanita tani (KWT) di Badung.

Snack yang bisanya memanfaatkan produk dalam kotak nanti akan dialihkan dan digantikan produk KWT. “Pada tahap awal, kami beri kesempatan setengah dari kebutuhan snack Badung dipasok oleh KWT sekalian melihat kesiapan dan kesinambungannya. Kebijakan ini akan menambah nilai plus bagi petani,” katanya.

Giri Prasta pun mengaku tak pernah puas hanya skup Badung. Sebagai one islan one management, Badung akan membuat kebijakan hotel dan restoran di Badung wajib menyerap produk pertanian di kabupaten/kota yang lain di Bali.

Dia mencontohkan, saat panen raya, salak Karangasem dijual dengan harga yang sangat murah. Ini tentu saja sangat merugikan petani.

Ke depan ini tak boleh terjadi. Badung akan mewajibkan satu kamar hotel menyerap dua buah salak. Dengan dua buah salak per kamar hotel, berapa ton salak yang terserap untuk hotel-hotel dan restoran di Badung.

Demikian juga dengan jeruk dari Bangli, anggur dan mangga dari Buleleng dan yang lainnya. Potensi pariwisata Badung bisa memberikan dampak ekonomis bagi masyarakat Bali. “Ini akan segera dilaksanakan untuk mewujudkan secara nyata one islan one management Bali,” ungkapnya. *sar