Amlapura (Bisnis Bali) – Harga jual salak Karangasem pada musim panen tahun ini, lumayan tinggi. Sebab, meski saat ini musim panen raya salak, olahan buah salak sudah banyak. Salah satunya salak segar yang diawetkan berton-ton dikirim ke Jakarta dan Cianjur.
Hal itu disampaikan salah seorang pengepul atau saudagar salak di Telaga Sibetan, Karangasem Ni Ketut Bakti, Minggu (28/1) kemarin di Sibetan. Salak yang dikirim dalam pengepakan ke luar Bali itu yakni salak segar, yang sudah diawetkan. Salak segar yang diawetkan itu bisa tahan maksimal sampai tiga bulan. ‘’Dulu kami mengirim salak segar yang tidak dikupas sehingga cepat busuk. Kalau buah salak dikirim segar tanpa diawetkan, kalau kendala terlambat di jalan pengangkutannya karena lalu lintas macet, sampai di Jakarta bisa membusuk sehingga rugi besar,’’ paparnya.
Kini dengan teknologi pengawetan, salak yang sudah dikupas dan dibelah dua itu bisa awet sampai tiga bulan. Pada musim panen raya ini, kata Ni Bakti, seminggu pihaknya rata-rata mengirim salak segar awet itu ke Jakarta sampai sekitar 6 ton. Belum ke jurusan Cianjur. ‘’Saat tak ada hari raya di Jawa, kami hanya mengirim salak segar seminggu sekali. Kalau ada hari raya besar, bisa mengirim tiap tiga hari sekali dalam jumlah besar,’’ katanya.
Di lain pihak, petani salak di Banjar Dukuh Sibetan Made Arsana mengatakan, petani salak tahun ini cukup gembira. Soalnya, harga salak pada musim panen ini, meski produksinya atau jumlah panennya sangat tinggi bahkan bisa dibilang over produksi, per kg salak besar di tingkat petani terjual Rp 3.000 per kg. Harga itu sudah cukup tinggi dan lumayan menguntungkan, dibandingkan tahun lalu dan tahun sebelumnya, saat panen raya harganya jeblok bahkan hanya Rp 1.000. ‘’Salak gula pasir saat ini berkisar Rp 7.000 sampai Rp 10.000 di tingkat petani, tetapi di pasar yang ukuran buahnya lebih besar bisa Rp 15.000 per kg. Dulu salak gula pasir per kg hanya Rp 6.000 per kg,’’ papar Arsana. (bud)